Senin, 10 Oktober 2011

Konsumsi Buah Pepaya Dapat Menguruskan Badan



Tak di sangka, dibalik warnanya yang kuning kemerah-merahan, ternyata buah Pepaya memiliki banyak khasiat dan manfaat untuk tubuh anda. Rasanya yang manis dan segar membuat orang ketagihan untuk melahap buah yang banyak dijumpai di Indonesia.
Buah papaya sendiri memiliki berbagai macam kandungan yang baik bagi tubuh, seperti Manfaat yang terkandung didalam buah pepaya, memiliki efek terapi bagi orang yang memakannya, terutama efek kecantikan bagi para wanita. Selain itu, buah pepaya juga dipercaya dapat membuat umur anda panjang. Mau tahu lebih banyak, khasiat lainnya bagi tubuh? Berikut ini ulasannya.
Bekerja untuk sistem pencernaan
Enzim pengurai protein yang terkandung di dalamnya, dapat mengisi pengeluaran saluran usus dan pankreas atau kelenjar ludah perut, memenuhi kurangnya getah lambung, bisa membantu mengurai protein dan pati, adalah pekerja tetap secara cuma-cuma bagi sistem pencernaan.
Meningkatkan daya tahan tubuh
Pepaya mengandung karotena dan kaya dengan vitamin C, pepaya memiliki kemampuan antioksidan yang sangat kuat, membantu organisme memperbaiki jaringan, melenyapkan zat beracun, memperkuat daya tahan tubuh, mencegah dan mengobati sejumlah virus pneumonia atau radang paru-paru.
Mengobati luka bakar
Daerah luka bakar dapat mengembangbiakkan bakteri yang merugikan, unsur efektif yang terkandung dalam buah pepaya dapat melindungi sel penelan, meningkatkan fungsinya membunuh bakteri. Saat sistem kekebalan tubuh menyerang, bakteri merugikan akan menghasilkan zat asam dan nitrogen, kedua zat ini rata-rata tidak baik bagi penyembuhan daerah luka bakar. Getah buah pepaya dapat mengurangi setengah dari total zat asam dan nitrogen, dan mempercepat proses pemulihan luka.
Mengencangkan payudara
Sejak dahulu pepaya muda diyakini sebagai buah terbaik dalam mengencangkan payudara. Enzim pepaya yang banyak terkandung di dalamnya sangat membantu pertumbuhan payudara. Sedang hormon pengencang dan vitamin A yang banyak terkandung dalam enzim pepaya, dapat merangsang pengeluaran hormon perempuan, dan merangsang indung telur mengeluarkan hormon betina, melancarkan kelenjar susu dan mengecangkan payudara.
Menguruskan badan
Enzim pepaya muda adalah 2 kali lipatnya enzim pepaya matang. Enzim bukan saja dapat mengurai protein, karbohidrat bahkan dapat mengurai lemak, melenyapkan daging lebih, mendorong proses metabolisme, dengan cepat mengeluarkan lemak berlebih.
Untuk kecantikan kulit
Kadar vitamin C dalam pepaya, 48 kali lipat dari buah apel. Ditambah lagi dengan kemampuan cerna enzim pepaya, bisa dengan cepat mengeluarkan racun dalam tubuh, sangat bagus bagi kesegaran kulit dari dalam. Enzim pepaya yang terkandung di dalamnya dapat mendorong proses metabolisme kulit, membantu melumerkan lapisan kulit dan zat tanduk penuaan yang tertimbun di pori-pori, membuat kulit tampak lebih terang dan cerah. Dewi (Dari berbagai Sumber)

Buah Naga, Untuk Berbagai Penyakit


Belakangan ini buah Naga menjadi salah satu buah yang menjadi favorit keluarga. Jika dahulu buah ini sangat jarang ditemui di pasaran, kini buah yang berwarna merah ini sangat mudah ditemui. Bahkan di Indonesia telah banyak petani-petani yang membudidayakan buah tersebut, karena dianggap sangat potensial kedepannya.
Bentuknya yang berbeda dari buah lain, serta rasanya yang manis dan agak-agak asem, menjadikan buah ini istimewa dari buah-buah lainnya. Namun sayangnya banyak orang yang belum mengerti secara mendalam khasiat dari buah tersebut.
Perlakuan buah naga diberbagai negara pun berbeda-beda.Di negara Cina Kuno menganggap buah naga lebih dari sekadar buah dengan beragam manfaat. Buah ini sering menjadi pendamping dua patung di meja altar persembahan. Setiap perayaan tahun Baru Imlek buah ini disajikan, dan menjadi salah satu sajian yang wajib ada karena diyakini membawa berkah.
Lain halnya dengan negara tempat ini berasal, Meksiko, buah naga justru dianggap sebelah mata. Baru setelah dibawa ke Vietnam, tanaman buah naga mulai dibudidayakan secara luas sebelum akhirnya berkembang ke negara Asia Tenggara.
Di Vietnam buah naga kerap disebut Thanh long atau clever dragon sedangkan masyarakat China menyebutnya Feuy Long Kwa. Di daerah Meksiko, buah naga hadir dengan sebutan Pitahaya. Buah naga sendiri memiliki warna kulit menyala, dan kulitnya tidak mulus. Isi buahnya berwarna putih, merah atau ungu dengan taburan biji-biji berwarna hitam. Tekstur isinya seperti selasih dengan cita rasa seperti buah kiwi.
Manfaat buah naga bagi kesehatan begitu banyak. Menurut Badan Litbang Pertanian Republik Indonesia, buah naga ternyata dapat menurunkan kadar kolesterol, penyeimbang gula darah, menguatkan fungsi ginjal dan tulang, serta meningkatkan kerja otak. Adapun zat fitokimia di dalam buah ini dapat menurunkan risiko kanker.
Selain itu buah naga juga sebagai pelindung kesehatan mulut, pencegah kanker usus, pencegah pendarahan dan mengobati keluhan keputihan. Buah naga sendiri dapat dikonsumsi dengan berbagai cara, yaitu dapat dinikmati langsung, jus, manisan maupun selai atau beragam bentuk penyajian sesuai selera anda.
Buah naga juga mengandung kadar air tinggi sekitar 90 % dari berat buah, karbohidrat 11,5 g, Vitamin C dan lain-lain. Untuk anda yang ingin terhindar dari berbagai penyakit, tidak ada salahnya bila anda mengonsumsi buah naga mulai dari sekarang. (Dari berbagai sumber).

Jumat, 07 Oktober 2011

Hukum Dan Keutamaan Lailatul Qodar

Jangan lupa membagikan artikel ini setelah membacanya

Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak diibadahi selain Allah semata, yang tidak memiliki sekutu, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan rasul-Nya.
Salawat dan salam serta berkah senantiasa tercurah kepada Muhammad, keluarga dan para sahabatnya.
Adapun selanjutnya:
Pada kehidupan setiap umat terdapat kejadian yang selalu dikenang, hari-hari baik yang membuat hati tertambat dan jiwa menjadi kelu. Sesungguhnya umat ini telah dimuliakan dengan kejadian-kejadian besar, hari-hari dan malam-malam yang sempurna.
Di antara nikmat yang diberikan Sang Pencipta kepada umat ini adalah malam yang disifati sebagai malam penuh berkah karena banyaknya keberkahan, kebaikan dan keutamaan. Ia adalah malam Lailatul Qodr. Ia memiliki kedudukan yang agung, padanya terdapat kemuliaan dan pahala yang berlebih.
Pada malam itu Allah turunkan al-Quran. Allah -subhanahu wata'âla- berfirman:
"Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan (Lailatul Qodr), dan tahukah kamu Apakah malam kemuliaan (lailatul Qodr) itu?"  (QS.al-Qodar: 1-2)
Firman-Nya pula:
"Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan."  (QS. Ad-Dukhân: 3)
Malam ini terdapat pada bulan Ramadhan yang penuh berkah dan bukan pada bulan yang lain. Allah -ta'âla-berfirman:
"(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran..."  (QS. Al-Baqarah: 185)
Malam ini dinamakan malam Lailatul Qodr karena Allah mengqadar (menentukan) rizki dan ajal, seluruh kejadian alam, menentukan siapa yang hidup dan mati, yang selamat dan yang celaka, yang bahagia dan yang sengsara, yang kaya dan melarat, yang mulia dan yang terhina, musim kemarau dan musim panen serta segala yang Allah inginkan pada tahun itu, kemudian mengabarkannya kepada malaikat untuk merealisasikannya, sebagaimana firman Allah -ta'âla-:
"Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah."  (QS. Ad-Dukhân: 4)
Itu adalah takdir tahunan dan takdir khusus. Adapun takdir umum, lima puluh ribu tahun sebelum penciptaan langit dan bumi telah lebih dulu ditetapkan sebagaimana yang terdapat dalam hadits-hadits sahih.
Allah telah menyitir kemuliaan malam ini dan menunjukkan keagungannya. Allah -azzawajalla- berfirman:
"Dan tahukah kamu Apakah malam kemuliaan (lailatul Qodr) itu? Malam kemuliaan (lailatul Qodr) itu lebih baik dari seribu bulan."  (QS.al-Qadr: 2-3)
Siapa yang ibadahnya di waktu itu diterima, menyamai ibadah selama 1000 tahun, setara kurang lebih 83 tahun 4 bulan. Ini adalah pahala yang besar, dan balasan yang agung atas amal yang ringan dan sedikit.
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Nabi -shalallahu alaihi wasalam- bersabda:
"Siapa yang shalat pada malam lailatul Qodr dengan iman dan mengharap pahala, diampuni dosanya yang telah lalu."   [HR. Al-Bukhari di dalam sahihnya no. 1901]
Menghidupkan malamnya karena percaya dengan janji pahala dan mengharap balasan, bukan karena hal lain. Penentunya adalah kesungguhan dan ikhlas, sama saja mengetahuinya atau tidak mengetahuinya.
Hendaknya engkau bersungguh-sungguh wahai saudaraku yang mulia untuk shalat dan berdoa pada malam itu. Sesungguhnya ia merupakan malam yang berbeda dari malam lain sepanjang tahun. Manfaatkan waktu sebaik-baiknya, waspadai kelezatan tidur dan kesenangan hidup.
Adapun waktu dan persisnya, terdapat berita dari Rasulullah -shalallahu alaihi wasallam- ia adalah malam ke 21, 23, 25, 27, 29 dan akhir malam Ramadhan.
Imam Syafi’i -rahimahullah- berkata:
"Menurutku –wallahu a’lam- bahwa Nabi -shalallahu alaihi wasallam- menjawab sesuai dengan apa yang ditanyakan. Ketika ditanyakan kepadanya: 'Apakah kita menantikannya pada malam demikian?' Beliau menjawab: 'Nantikanlah pada malam demikian'." [1]
Ulama berbeda pendapat dalam menentukan malam Lailatul Qodr hingga terdapat 40 pendapat. Hal itu disebutkan oleh al-Hafidz Ibnu Hajar di dalam kitabnya Fathul Bâri. Pendapat tersebut sebagiannya lemah, sebagian lagi ganjil dan sebagian lagi batil.
Yang sahih dalam hal ini adalah hari-hari ganjil pada sepuluh malam terakhir Ramadhan, 21, 23, 25, 27 dan 29 sebagaimana hadits Aisyah -radiallahu'anha-, dia berkata:
“Dahulu Rasulullah -shalallahu alaihi wasallam- menantikan Lailatul Qodr pada hari ganjil di sepuluh hari terakhir Ramadhan. Dan bersabda:
"Upayakan malam Lailatul Qodr pada hari ganjil di sepuluh hari terakhir Ramadhan."
[HR. Al-Bukhari no. 2017]
Bilamana seseorang lelah dan melemah kesungguhannya, hendaknya mengupayakannya pada tujuh hari ganjil  terakhir, 25, 27, 29 sebagaimana hadits Abdullah Ibn Umar -radiallahu'anhu- bahwa Nabi -shalallahu alaihi wasallam- bersabda:
“Nantikanlah Lailatul Qodr pada sepuluh hari terakhir, jika lemah dan tidak sanggup, jangan terluput 7 hari yang tersisa."
[HR Muslim no.2822 dan Ahmad II/44,75]
Dengan perincian ini hadits-hadits tersebut menjadi saling mendukung dan tidak bertentangan. Yang lebih dekat kepada dalil bahwa malam Lailatul Qodr berpindah-pindah, tidak tetap pada satu malam tertentu setiap tahunnya. Sekali waktu terjadi pada malam 21, pada waktu lain 23, 25, 27, 29, dan tidak dapat dipastikan. Pembuat syariat yang Maha Bijaksana telah merahasiakan waktunya agar kita tidak hanya bergantung pada malam tertentu saja dan meninggalkan amal serta ibadah pada sisa malam-malam Ramadhan yang lain. Dengan demikian dihasilkan kesungguhan pada seluruh malam hingga dia mendapatkan malam itu.
Yang benar adalah bahwa tidak disyaratkan mendapatkan malam itu dengan melihat atau mendengar sesuatu. Tidak musti mereka yang mendapatkannya tidak akan mendapat pahala hingga menyaksikan segala sesuatu bersujud, atau melihat cahaya, atau mendengar ucapan salam, atau bisikan dari malaikat. Tidak benar bahwa malam Lailatul Qodr tidak didapat kecuali jika melihat hal-hal di luar kewajaran, akan tetapi keutamaan Allah itu luas.
Tidak benar juga siapa yang tidak mendapatkan tanda-tanda Lailatul Qodr berarti dia tidak mendapatkannya. Nabi -shalallahu alaihi wasallam- tidak membatasi alamatnya dan tidak menafikan karomah.
Ibnu Taimiyah berkata:
“Terkadang Allah memperlihatkan kepada sebagian manusia dalam tidur atau dengan sadar sehingga dia melihat cahayanya, atau mendengar ada yang berbicara kepadanya bahwa malam itu adalah Lailatul Qodar. Terkadang dibukakan hatinya menyaksikan apa-apa yang menjelaskan terjadinya malam itu.”
An-Nawawi berkata:
“Sesungguhnya dia diperlihatkan. Allah telah memperlihatkan kepada siapa saja dari bani Adam dengan kehendak-Nya setiap tahun di bulan Ramadhan, sebagaimana diperlihatkan kejadian-kejadian dan dikhabarkan oleh orang-orang saleh tentangnya. Kesaksian mereka yang telah melihatnya tidak sedikit. Adapun perkataan al-Qodhi Iyadh dari al-Muhlib Ibn Abi Shofroh:
"Tidak mungkin melihatnya secara hakiki"
Merupakan kekeliruan pendapat yang buruk,, aku mengingatkan hal ini agar tidak tertipu karenanya."
Al-Hafidz Ibn Hajar menukilkan, bahwa siapa yang melihat malam Lailatul Qodar disukai untuk merahasiakannya dan tidak mengabarkannya kepada seorang pun, hikmahnya bahwa hal itu adalah karomah, dan karomah sepatutnya dirahasiakan tanpa khilaf.
Lailatul Qodr tidak khusus untuk umat ini, akan tetapi umum, untuk umat Muhammad dan umat terdahulu seluruhnya. Dalam hadits Abu Dzar -radiallahu'anhu- dia bertanya:
"Wahai Rasulullah, apakah malam lailatul qodr terjadi ketika ada nabi, dan jika wafat malam itu diangkat (ditiadakan)?"
"Tidak, bahkan ia terjadi sampai hari kiamat." Jawab Rasulullah -shalallahu alaihi wasalam- .
[HR. Ahmad dan selainnya. Dan haditsnya sahih]
Di antara tanda Lailatul Qodr yang bisa diketahui, sebagaimana hadits Ubay Ibn Ka'ab -radiallahu'anhu-bahwa Nabi -shalallahu alaihi wasalam- bersabda:
"Matahari terbit pada pagi malam Lailatul Qodr cahayanya putih tidak terik." [HR. Muslim ]
Maksudnya adalah hal itu terjadi karena banyaknya Malaikat pada malam itu yang turun naik ke langit sehingga cahaya terik matahari tertutupi oleh sayap-sayap dan tubuh mereka." –selesai perkataannya-
Adapun tanda-tanda lain, tidak ada hadits sahih yang menetapkannya, seperti: malam yang tenang, tidak panas dan tidak dingin, bintang tidak terlihat atau setan tidak sanggup keluar dengan terbitnya matahari di hari itu.
Terdapat tanda yang tidak ada dasarnya sama sekali dan tidak sahih, seperti: pohon yang bersujud ke bumi kemudian kembali posisinya semula, air asin akan berubah menjadi manis, anjing tidak menggonggong dan cahaya ada di mana-mana.
Malam Lailatul Qodar tidak khusus bagi mereka yang sedang shalat saja, tetapi juga bagi wanita yang sedang nifas dan haid, musafir dan mukim. Dhohak –-rahimahullah- berkata:
"Mereka semua memiliki bagian pada malam Lailatul Qodr. Siapa saja yang diterima amalannya akan Allah beri dia bagiannya dari malam Lailatul Qodr itu."
Hendaknya seseorang itu menyibukkan kebanyakan waktunya dengan doa dan shalat. Imam Syafi'i -rahimahullah- berkata:
"Disukai memulai kesungguhannya di siang hari seperti kesungguhannya di malam hari."
Sufyan ats-Tsauri -rahimahullah- berkata:
"Berdoa pada malam hari lebih aku sukai dari shalat, dan doa di malam Lailatul Qodr masyhur dan terkenal di antara para sahabat. Hendaknya engkau bersungguh-sungguh wahai saudara dan saudariku yang mulia untuk memilih doa-doa simpel yang terdapat di dalam al-Quran, yang dahulu Nabi -shalallahu alaihi wasalam- berdoa dengannya atau menganjurkannya. Perlu kita semua tahu bahwa tidak ada doa khusus pada malam Lailatul Qodr yang tidak dibaca selain ia saja, akan tetapi setiap muslim berdoa dengan yang sesuai keadaannya. Dari doa yang terbaik yang dipanjatkan pada malam yang penuh berkah ini adalah apa yang dikeluarkan oleh an-Nasai dalam kitab Amalul Yaum wal Lailah dari Aisyah -radiallahu'anha- dia berkata:
"Seandainya aku tahu kapan malam Lailatul Qodr itu, niscaya doa yang banyak aku panjatkan adalah meminta pengampunan dan keafiatan."
Demikianlah setiap muslim berupaya untuk berdoa dengan doa yang jâmiah (simpel) dari doa-doa Nabi -shalallahu alaihi wasalam- yang terekam dalam banyak situasi dan kondisi, yang khusus maupun umum.
An-Nawawi berkata:
"Disukai memperbanyak doa bagi kepentingan kaum muslimin pada malam itu, dan ini adalah syiar orang-orang saleh, dan hamba-hamba-Nya yang mengetahui."
selesai perkataannya-
Demikianlah wahai kaum muslimin, sesungguhnya kalian memiliki saudara-saudara yang tertindas di barat dan di timur dari belahan bumi ini, kalian memiliki saudara-saudara yang mengorbankan diri untuk meninggikan kalimat Allah di muka bumi, janganlah bakhil untuk mendoakan mereka.
Wahai Allah, yang telah menciptakan manusia dan menumbuhkannya, yang menciptakan lisan dan memfungsikannya, wahai Zat yang tiada menolak doa, berilah setiap kami apa yang diharapkannya, dan sampaikan mereka kepada negeri abadi. Wahai Allah, ampuni segala kesalahan kami, tutupi segala kesalahan kami, berilah kelonggaran kepada kami pada hari pertanyaan, berilah manfaat seluruh kaum muslimin dari apa yang telah engkau turunkan dari kitab-Mu, wahai Zat yang Maha Penyayang.
Salawat dan salam tercurah kepada Muhammad, keluarga dan seluruh sahabatnya.

TAFSIR SURAT AL-QADR (MALAM KEMULIAAN)



Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang
1. Sesungguhnya, Kami telah menurunkan (AL-Qur’an) pada malam qadar.
2. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?
3. Malam kemuliaan itu lebih aik dari seribu bulan.
4. Pada malam itu turun para malaikat dan Ruh (Jibril) dengan izin Allah untuk mengatur semua urusan.
5. Sejateralah (malam itu) sampai terbit fajar.
Keutamaan Malam Al-Qadr (Malam Kemuliaan)
Allah swt mengatakan bahwa Allah mengirimkan Qur’aan selama Malam Lailatul Qadr, dan itu adalah malam yang diberkahi seperti firman Allah:
Sesungguhnya Kami menurunkannya pada malam yang diberkahi… (Q.S. Ad-Dukhan:3)
Ini adalah Malam Lailatul Qadr dan malam ini terjadi pada bulan Ramadhan.
Allah swt berfirman :
Bulan ramadhan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an … (Q.S. Al-Baqarah:185)
Ibn Abbas dan yang lainnya mengatakan: “Allah swt menurunkan Al-Qur’an dalam satu waktu dari Preserved Tablet (Al-Lawh Al-Mahfuz) hingga the House of Might (Baytul-Izzah), yang merupakan surga dunia. Lalu kemudian diturunkan sebagian-sebagian kepada utusan Allah swt, Rasulullah saw berdasarkan kejadian yang berlangsung selama masa dua puluh tiga tahun.
Kemudian Allah swt …….. status Malam Lailatul Qadr, yang Allah swt kaitkan dengan Qur’an, Allah swt berfirman :
Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?
Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.
[At-Tabari 24:531, 532, and Al-Qurtubi 20:130]
Imam Ahmad mencatat bahwa Abu Hurairah berkata : “Ketika datang bulan Ramadhan maka Nabi Muhammad saw berkata:
“Sesungguhnya bulan Ramadhan telah datang kepadamu. Ini adalah bulan yang diberkahi, dimana Alla swt mewajibkan atas kamu brepuasa. Selama bulan ini pintu surga akan dibuka, pintu neraka akan ditutup dan setan akan dibelenggu. Di dalamnya ada malam yang lebih baik dari pada malam seribu bulan. Barangsiapa melewatkannya, maka ia benar-benar celaka.”
[Ahmad 2:230. Ada saksi yang menguatkan hadis ini : Hadis Anas bin Malik di dalam buku Sunan] An Nasai mencatat hadis yang sama [An-Nasai 4:129]
Selain kenyataan bahwa ibadah selama Malam Lailatul Qadr adalah sama dengan beribadah selama seribu bulan, ini juga dinyatakan dalam dua hadis sahih dari Abu Huraitah bahwa Rasulullah saw berkata,
“Barangsiapa yang berdiri (untuk sholat) selama Malam Lailatul Qadr dengan keyakinan dan mengharapkan pahala (dari Allah swt), maka ia akan diberi ampunan atas dosa-dosanya. [Fath Al-Bari 4:294, dan Muslin 1:253]
Turunnya Para Malaikat dan Ketetapan Untuk Setiap Ibadah Selama Malam Lailatul Qadr
Allah berfirman,
Pada malam itu turun para malaikat dan Ruh (Jibril) dengan izin Allah untuk mengatur semua urusan
Artinya, para malaikat turun dengan melimpah selama Malam Lailatul Qadr sebagai hak atas rahmatnya yang berlimpah. Para malaikat turun dengan membawa rahmat dan ampunan, seperti saat mereka turun ketika Al Qu’an diwahyukan, mereka berkeliling dalam lingkaran untuk berdzikir (mengingat Allah SWT) dan mereka merendahkan sayap-sayap mereka sebagai penghormatan yang tulusa kepada murid pengetahuan.
Sebagai referensi Ar-Ruh, dikatakan bahwa ini berarti malaikat JIbril, kata-kata dalam ayat ini adalah metode untuk menambahkan nama dari objek yang berbeda (dalam hal ini Jibril) yang terpisah dari kelompok umum (dalam hal ini para malaikat).
Merujuk pada keterangan Allah, dengan semua urusan.
Mujahid berkata, “Kedamaian yang meliputi semua perkara.” Sa’id bin Mansur berkata, Isa bin Yunus mengatakan kepada kami bahwa Al’mash menceritakan kepada merekan bahwa Mujahid berkata kepada keterangan Allah,
Ada kedamaian
“Ini adalah keamanan dimana syaitan tidak dapat melakukan hal-hal yang jahat maupun yang merusak.” Qatadah dan yang lainnya telah mengatakan, “Perkara-perkara in telah ditetapkan selama bulan Ramadhan, dan waktu kematian, dan ketetapan akan diukur selama itu.”
Allah SWT berkata
Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah.
Lalu Allah SWT berkata,
Sejateralah (malam itu) sampai terbit fajar.
Sa’id bin Mansur mengatakan, “Hushaym menceritakan kepada kami dalam kesungguhan hati Abu Ishaq, yang menceritakan bahwa Ash-Sha’bi berdasarkan pada keterangan Allah SWT,
Dengan segala urusan, sejahteralah (malam itu) sampai terbit fajar.
“Para malaikat memberi salam sejahtera selama Malam lailatul Qadr kepada orang-orang yang berdiam di mesjid sampai terbitnya fajr (subuh).”
Qatadah dan Ibn Zayd, keduanya mengatakan beradsarkan ketrangan Allah SWT,
Adanya kesejahteraan
“Ini artinya adanya kebaikan dan tidak ada syetan di dalamnya sampai datangnya Fajr (subuh).”
Mencari Malam Kemuliaan dan Tanda-tandanya
Keterangan ini didukung oleh apa yang Imam Ahmad catat dari Ubadah bin As-Samit bahwa Rasulullah SAW berkata,
“Malam Lailatul Qadr datang selama sepuluh hari terakhir (bulan Ramadhan). Barangsiapa yang berdiri untuk mengerjakan sholat malam untuk mencari pahala, maka Allah SWT akan mengampuni dosa-dosanya yang dahulu dan yang akan datang. Malam Lalilatul Qadr etrjadi pada malam ganjil : malam ke dua puluh satu atau malam ke dua tujuh, malam kedua puluh lima, atau malam terakhir dari bulan Ramadhan.”
Rasulullah saw juga mengatakan,
“Sesungguhnya, tanda-tanda Malam Lailatul Qadr adalah malam yang jernih dan bersinar seperti saat bulan terang, tranquil, tenang menyinari malam itu. Tidak terlalu dingin, juga tidak terlalu panas dan tidak ada satu bintang yang muncul sampai pagi. Tanda-tanda ini diikuti dengan terbitnya matahari dengan sinar yang lembut seperti saat bulan purnama. Setan tidak diijinkan untuk keluar (bersama matahari) pada malam itu.” [Ahmad 5:324. Riwayat Murshal]
Rangkaian riwayat ini baik. Di dalamnya disebutkan beberapa keganjilan dan beberapa kata-katanya menyebutkan objek yang terlihat.
Abu Dawud menyebutkan dalam suatu bab di bukunya Sunan yang ia beri judul, “KItab:Penjelasan tentang Malam Lailatul Qadr yang datang setiap Ramadhan.”
Lalu ia mencatat bahwa Abdullah bin Umar mengatakan, “Rasulullah saw sedang ditanya tentang Malam Lailatul Qadr ketika aku mendengarkan dan Beliau berkata,
“Datangnya setiap bulan Ramadhan.” [Abu Dawud 2:111. Riwayat ini berdsarkan Mawquf.]
Orang dalam rangkaian riwayat ini adalah orang-orang yang reliable, tetapi Abu Dawud mengatakan bahwa Shu’bah dan Sufyan, keduanya meriwayatkan dari Ishaq dan keduanya mempertimbangkannya dari keterangan para Sahabat Rasulullah saw (Ibn Umar, dan selanjutnya ketrangan dari Rasulullah saw sendiri)
Telah disebutkan bahwa Abu sa’id Al-Khudri mengatakan, “Rasulullah saw melakukan Itikaf selama sepuluh haru terakhir di bulan ramadhan dan kami juga beritikaf dengan Beliau. Kemudian Jibril mendatanginya, dan berkata, “Apa yang engkau cari sesungguhnya ada di hadapanmu.” Sehingga Rasulullah saw melakukan Itikaf selama pertengahan sepuluh hari terakhir Ramadhan dan kami ikut beritikaf dengan Beliau. Kemudian datang JIbril dan berkata, “ Apa yang engkau cari sesungguhnya telah dekat denganmu.’ Sehingga Rasulullah saw berdiri dan memberi khutbah di hari keduapuluh dan Beliau mengatakan,
“Barangsiapa yang melakukan Itikaf denganku, kembalilah (untuk beritikaf lagi), karena sesungguhnya aku telah melihat Malam Lailatul Qadr, dan dikarenakan aku melupakannya, dan betul bahwa itu terjadi selama sepuluh malam terakhir. Selama malam ganjil dan aku melihat diriku sendiri seperti sujud diantara lumpur dan air.”
Pada saat itu atap mesjid terbuat dari daun kurma yang kering dan kami tidak melihat sesuatu di langit (semisal awan). Tetapi seketika itu datang segumpal awan biru dan kemusian turunlah hujan. Kemudian Rasulullah saw memimpin kami untuk sholat sampai kami melihat jejak dari lumpur dan air di hadapan Rasulullah saw, seperti mimpinya.
Dalam riwayat lain ditambahkan bahwa ini terjadi pada pagi malam ke dua puluh satu (artinya di keesokan harinya). Keduanya mencatat (Al-Bukhari dan Muslim) dalam dua hadis shaih. [fath Al Bari 2:329, 318, dan Muslim 2:824]
Ash-Shafii berkata, “Hadis ini adalah hadis paling otentik dari yang telah dilaporkan.”
Juga telah disebutkan bahwa pada malam ke dua puluh tiga dalam hadis riwayat Abdullah bin Unays dalam Sahih Muslim. [Muslim 2:827]
“Carilah di sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan. Di malam ke sepuluh masih terus berlangsung, di malam ketujuh masih terus berlamgsung, di malam kelia masih terus berlangsung.” [Fath al-Bari 4:306]
Banyak penjelasan hadis ini yang merujuk pada malam-malam ganjil, dan ini adalah penjelasan yang paling popular dan yang sering muncul. Telah dikatakan juga bahwa Malam Lailatul Qadr terjadi pada malam kedua puluh tujuh karena pa yang Muslim catat di dalam hadis sahih dari Ubay bin Ka’b bahwa Rasulullah saw menyebutkan bahwa terjadi di malam kedua puluh tujuh. [Muslim 2:282]
Imam Ahmad mencatat dari Zirr bahwa dia ditanya oleh Ubayy bin Ka’b “Wahai Abu Al-Mundhir! Sesungguhnya, saudara kamu Ibn Masud mengatakan bahwa barangsiapa yang mengerjakan sholat malam sepanjang tahun maka ia akan meraih Malam Kemuliaan.”
Ubay kemudian menjawab, “Semoga Allah swt memberi ampunan kepadanya. Seharusnya ia tahu bahwa malam kemuliaan itu terjadi pada malam ke dua pulu tujuh (bulan Ramadhan).’ Lalu ia bersumpah dengan nama Allah swt. Zirr lalu berkata, “Bagaimana kamu mengetahuinya?”
Ubayy menjawab, “Dengan tanda dan indikasi yang diberikan oelh Rasulullah saw kepada kami. Terbitlah keesokan harinya tanpa sinar – maksudnya matahari.” [Ahmad 5:130] Muslim juga mencatatnya. [Muslim 2:82]
Telah dikatakan bahwa itu terjadi pada malam ke dua puluh sembilan. Imam Ahmad bin Hanbal mencatat dari ‘Ubadah bin As Samit bahwa ia bertanya kepada Rasulullah saw tentang Malam Kemuliaan dan Beliau menjawab,
“Carilah di bulan Ramadhan di sepuluh malam terakhir. Sesungguhnya di malam-malam ganjil, malam kedua puluh satu, atau malam kedua puluh tiga, atau malam kedua puluh lima, atau malam ke dua puluh tujuh, atau selama malam terakhir.”
[Ahmad 5:318. ada perbedaan dalam hadis ini, tetapi artinya sama dengan yang lain.]
Imam Ahmad juga mencatat dari Abu Huaraira bahwa rasulullah saw mengatakan tentang Malam Lailatul Qadr,
“Sesungguhnya, selama malam kedua puluh tujuh dan malam kedua puluh sembilan. Dan sesungguhnya, para malaikat yang turun ke bumi di malam itu lebih banyak daripada jumlah baru kerikil.” [Ahmad 2:519]
Ahmad sedang sendirian ketika meriwayatkan hadis ini dan tidak ada keraguan dalam riwayat ini.
Ar Timidzi meriwayatkan dari Abu Qilabah bahwa dia berkata, “Malam Lailatul Qadr bergerak dari tahun ke tahun sampai pada sepuluh malam terakhir.” Inimenunjukan bahwa at-Tirmidzi menyebutkan dari Abu Qilabah juga meriwayatkannya dari Malik, Ath-Thawri, Ahmad bin Hanbal, Ishaq bin Rahuyah, Abu Thar, Al-Muzani, Abu Bakr bin Khuzaymah dan lainnya. Dan ada hubngannya dari Ash-Shafi’I dan Al-Qadhi meriwayatkannya darinya, dan ini yang paling diminati. Sesungguhnya Allah SWT Maha Mengetahui.
Permohonan Selama Malam Kemuliaan
Di sarankan untuk mengucapkan permohonan (berdo’a) setiap waktu, khususnya selama bulan ramadhan, dis epuluh malam terakhir, dan selama malam-malam ganjil. Disarankan untuk mengucapkan permohonan ini sebanyak-banyaknya:
“Ya Allah! Sesungguhnya, engkau adalah Maha Pemberi Ampunan, Engkau menyukai ampunan, jadi maafkanlah aku.”
Ini berdasarkan apa yang Imam Ahmad riwayatkan dari Aishah bahwa ia berkata “Ya Rasulullah saw! Jika kau menemukan Malam Lailatul Qadr apa yang harus kuucapkan?”
Beliau menjawab,
Katakan : ““Ya Allah! Sesungguhnya, engkau adalah Maha Pemberi Ampunan, Engkau menyukai ampunan, jadi maafkanlah aku.” [Ahmad 6:182]
At-Tirmidzi, An-Nasai dan Ibn Majah telah meriwayatkan hadis ini. At Tirmidzi berkata “Hadis ini adalah Hasan sahih.” [Tahfat Al-Ahwadhi 9:495, An-Nasai in Al-Kurba 6:218, and Ibn Majah 2:1265]
Al-Hakim meriwayatkannya dalam Mustadrak (dengan rangkain riwayat yang berbeda) dan dia mengatakan bahwa hadis ini adalah otentik berdasarkan pada kriteria dua Syekh (Al-Bukhari dan Muslim). [Al-Hakim 1:530]. An nasai juga meriwaytakannya. [An-Nasai in Al-Kubra 6:219]
Ini adalah akhir dari Tafsir Surat Lailatul Qadr dan segala puji dan rahmay hanya milik Allah SWT.
Sumber : Tafsir Ibn Kathir

Dialog Allah SWT dan Malaikat tentang Orang-Orang yang Berdzikir dan Berdoa



Suatu hari, Rasulullah menyampaikan berita kepada sahabat tentang adanya malaikat yang selalu berkeliling di jalan-jalan, berkeliling di muka bumi, untuk mencari orang yang selalu berdzikir, mencari majelis-majelis yang berdzikir. Jika malaikat itu menemukan apa yang dicari, maka dia akan berseru kepada malaikat lainnya, “Kemarilah, inilah hajat kalian!”
Lalu para malaikat itu mengelilingi kaum yang sedang berdzikir tersebut, ikut duduk bersama mereka, dengan membentangkan sayap-sayap mereka sampai ke atas langit dunia. Jika orang-orang yang berdzikir tadi selesai melakukan dzikirnya, para malaikat naik ke langit. Pada saat itu Rabb bertanya kepada malaikat – dan Dia Lebih Mengetahui – :
“Apa yang dikatakan hamba-hamba-Ku?”
“Mereka bertasbih kepada-Mu, bertakbir, bertahmid, dan mengagungkan-Mu” jawab para malaikat.
“Apakah mereka melihat-Ku?” Allah SWT bertanya lagi.
Malaikat: “Tidak, demi Allah, mereka tidak melihat-Mu!”
Allah SWT: “Apa yang mereka minta?”
Malaikat: “Mereka meminta Surga kepada-Mu.”
Allah SWT: “Apakah mereka pernah melihatnya?”
Malaikat: “Tidak wahai Rabb, mereka belum pernah melihatnya!”
Allah SWT: “Lantas bagaimana jika mereka melihatnya?”
Malaikat: “Andaikan mereka melihatnya, niscaya mereka akan lebih sangat mendambakannya, lebih sangat menginginkannya, dan lebih senang kepadanya!”
Allah SWT: “Lalu dari apa mereka meminta perlindungan?”
Malaikat: “Mereka meminta perlindungan dari Neraka.”
Allah SWT: “Apakah mereka pernah melihatnya?”
Malaikat: “Tidak, demi Allah, mereka belum pernah melihatnya.”
Allah SWT: “Bagaimana seandainya mereka melihatnya?”
Malaikat: “Seandainya mereka pernah melihatnya, tentu mereka lebih menjauh daripadanya dan lebih takut daripadanya.”
Lalu Allah SWT berfirman, “Saksikanlah oleh kalian bahwa Aku telah mengampuni untuk mereka.”
Salah satu dari malaikat pun berkata, “Wahai Rabb, di tengah-tengah mereka ada seseorang yang bukan dari golongan mereka. Orang itu datang untuk suatu kepentingan (bukan untuk berdzikir)!”
Allah SWT menanggapinya, “Mereka itu adalah kelompok orang yang tidak akan celaka, siapa pun yang ikut duduk dengan mereka!” []