Selasa, 16 Agustus 2011

Menanti Malam Nuzulul Quran

Al-Qur`an sangat mencintai Ramadhan. Begitu pula sebaliknya. Keduanya bagaikan dua sahabat yang saling mengasihi. Allah swt. berfirman, “Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (pertama kali) Al-Qur`an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil).” (Al-Baqarah [2] : 185)
Al-Qur`an diturunkan secara keseluruhan ke langit dunia dari lauhul mahfudz pada bulan Ramadhan. Bulan Ramadhan amat bergembira dengan turunnya Al-Qur`an. Karena itulah, Rasulullah saw. senantiasa mempelajari Al-Qur`an di bulan Ramadhan bersama Malaikat Jibril. Beliau mendengarkan bacaannya, merenungkannya, memikirkan pelajaran yang ada di dalamnya, menghidupkan ajaran-ajarannya, melapangkan hatinya, dan menggali cinta dalam mutiara hikmah Al-Qur`an.
Orang yang membaca Al-Qur`an ketika berpuasa (di bulan Ramadhan), berarti ia telah memadukan Ramadhan dengan Al-Qur`an, hingga bulan yang agung ini bercengkrama dengan kitab yang agung pula, di mana Allah swt. berfirman, “Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran.” (Shâd [38] : 29)
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur`an ataukah hati mereka terkunci?” (Muhammad [47] : 24)
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur`an? Kalau kiranya Al-Qur`an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya. (An-Nisâ’ [4] : 82)
Membaca Al-Qur`an (di bulan Ramadhan) memiliki kenikmatan tersendiri. Di bulan suci ini pula terdapat petunjuk khusus yang terpancar dari Al-Qur`an.
Al-Qur`an bagaikan air yang membasahi tanaman, pengharum ruangan, dan penyejuk jiwa.
Membaca Al-Qur`an akan mengingatkan kita pada hari ketika ia diturunkan pertama kali, pada saat Rasulullah mempelajarinya, dan ketika kaum salaf memberikan perhatian yang besar terhadapnya.
Rasulullah saw. bersabda dalam sebuah hadits shahih,
 “Bacalah oleh kalian Al-Qur`an, karena sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat sebagai penolong bagi yang membacanya.” HR Muslim.
Beliau juga bersabda, “Bacalah oleh kalian Az-Zahrawayain, yaitu surat Al-Baqarah dan  surat Ali-Imran, karena sesungguhnya kedua surat itu akan datang seperti dua gumpalan awan, atau seperti dua belukar hutan, atau seperti dua kawanan burung yang berbulu tebal untuk menaungi pembacanya di hari kiamat.” HR Muslim dan Ahmad.
Kaum salaf, apabila tiba bulan Ramadhan, serentak mereka buka mushaf-mushaf Al-Qur`an; Mereka senantiasa bersama Al-Qur`an ketika berdiam di tempat tinggalnya maupun ketika bepergian.
Dalam satu riwayat disebutkan bahwa Imam Malik menghentikan segala aktivitasnya dan hanya membaca Al-Qur`an ketika bulan Ramadhan tiba. Beliau tinggalkan kegiatan mengajar, memberikan fatwa, maupun berkumpul bersama orang-orang, dan beliau berkata, “Bulan ini adalah bulan Al-Qur`an.”
Ketika Ramadhan tiba, rumah-rumah para salafushshalih memancarkan cahaya kebahagiaan. Mereka membaca Al-Qur`an dengan tartil dan saling bersahutan antara yang satu dan lainnya. Manakala melihat keajaiban di dalamnya, mereka berhenti, dan menangis ketika mendengar nasihatnya, berbahagia ketika mendengar kabar gembiranya. Perintahnya dilaksanakan dan larangannya dijauhi.
Dalam riwayat yang shahih disebutkan bahwa Ibnu Mas’ud ra. membaca awal surat An-Nisâ' di hadapan Rasulullah saw. Dan ketika ia sampai pada ayat,  “Maka bagaimanakah (halnya orang kafir nanti), apabila Kami mendatangkan seseorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu).” (An-Nisâ’ [4] : 41)
Rasulullah saw. berkata, “Cukup sampai di situ bacaanmu, wahai Ibnu Mas’ud.”
Ibnu Mas’ud melanjutkan ceritanya, “Lantas Aku melihat ke arah beliau, dan Aku melihat kedua pelupuk matanya bercucuran air mata. Sungguh, Rasulullah saw. adalah orang yang sangat mencintai Allah, dan ketika mendengar kata-kata (firman) dari Yang dicintainya, beliau pun menangis.”
Dalam hadits shahih yang lain, Rasulullah saw. pernah menyimak bacaannya Abu Musa ra., kemudian beliau berkata kepadanya,
 “Seandainya engkau melihatku ketika aku mendengarkan bacaanmu tadi malam, sungguh aku merasa tengah mendengar satu seruling di antara seruling-seruling keluarga Dawud.”
Abu Musa menjawab, “Seandainya aku tahu engkau mendengarkan becaanku tadi malam, tentu akan aku perindah bacaanku untukmu.
Maksud Abu Musa, aku akan memperindah suaraku lebih dari itu, hingga bacaanku akan lebih memberikan pengaruh, lebih menggetarkan dan lebih indah lagi.”
Sedangkan Umar ra. apabila para sahabat berkumpul, maka dia berkata kepada Abu Musa, “Wahai Abu Musa, ingatkanlah kami kepada Tuhan kami.” Maka Abu Musa pun membacakan Al-Qur`an dengan suaranya yang indah, sementara para sahabat mencucurkan air matanya,
Ketika orang-orang tidak lagi tergerak hatinya untuk mendengarkan kalam ilahi, pendidikan akan terbengkalai, fitrah manusia akan terpasung, dan pemahaman terhadap agama pun akan semakin memburuk.
Manakala Al-Qur`an sudah ditinggalkan, keburukan akan merajalela, musibah datang silih berganti, pemahaman tidak lagi benar, dan kegagalan selalu menghantui.
Al-Qur`an sangat memperhatikan hidayah bagi manusia agar mereka selalu berada di jalan yang benar. Ia adalah cahaya dan penawar hati. Ia mengajarkan pengetahuan dan petunjuk. Ia adalah kehidupan dan ruh, penyelamat, serta pembawa kebahagiaan dan pahala.
Al-Qur`an berisikan pendidikan rabbani, undang-undang ilahi, dan hikmah yang abadi.
Tidak adakah keinginan dalam diri kita untuk hidup bersama Al-Qur`an? Tidak adakah keinginan dalam diri kita untuk mengenal keagungan Al-Qur`an dan memulai hari dengan Al-Qur`an? Masih adakah sisa waktu kita untuk melakukan itu semua?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar