Selasa, 08 November 2011

Sulitnya Turunkan Si Kolesterol Jahat

Survei terkini di delapan negara Asia melaporkan, 50 penduduk Asia gagal menurunkan kadar kolesterol jahat mereka sesuai target yang disarankan dalam panduan pengobatan. Di Indonesia, kegagalan ini bahkan mencapai 70 persen.

Rendang, gulai otak sapi, telur balado, tongseng kambing. Menumenu masakan Indonesia tersebut tak dimungkiri kelezatannya. Terbayang kenikmatan saat menyantapnya dengan nasi hangat mengepul. Hmm...sedap! Namun, hasrat menyantap hidangan berprotein hewani tersebut acapkali dibayangi risiko kenaikan kolesterol. Kuning telur, otak sapi, daging sapi Australia, daging kambing dan udang adalah sederetan produk hewani yang jika dikonsumsi berlebih dapat meningkatkan risiko tersebut. 

Kolesterol sejatinya merupakan zat di dalam tubuh yang berguna untuk membantu pembentukan dinding sel, garam empedu, hormon, dan vitamin D serta sebagai penghasil energi. Sumber utamanya berasal dari organ hati (sekitar 70 persen) dan sisanya bersumber dari makanan yang masuk ke dalam tubuh. Kolesterol dalam kadar normal jelas berdampak positif bagi tubuh. Namun, bila sudah melewati batas, maka dampak negatif yang akan timbul, terutama dalam jangka panjang. 

Kita mengenal dua jenis kolesterol, yaitu HDL (High Density Lipoprotein) alias kolesterol baik dan LDL (Low Density Lipoprotein) yang dikenal sebagai kolesterol jahat. Kadar HDL yang tinggi dalam darah (sekitar 40 mg/dL atau lebih) baik untuk kesehatan.

Sebaliknya, kadar LDL yang tinggi (100 mg/dL atau lebih) merupakan pertanda buruk. Penumpukan LDL pada dinding pembuluh darah dapat menyebabkan pengerasan dinding pembuluh darah (aterosklerosis) dan menyumbat aliran darah yang bisa berakibat fatal. 

Riset secara luas telah menunjukkan bahwa LDL-C (kolesterol jahat) adalah faktor risiko utama penyakit jantung dan pembuluh darah (cardiovascular disease/ CVD). Padahal, hingga kini CVD masih merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia, dengan angka kematian 17 juta orang per tahun. Angka ini diperkirakan meningkat menjadi 20 juta pada 2015 dan 23 juta pada 2030. Di Indonesia, Riset Kesehatan Dasar 2007 juga melaporkan bahwa stroke, hipertensi dan penyakit jantung iskemik menempati proporsi terbesar (27,3 persen) penyebab kematian semua umur. 

Ahli jantung, DR Djoko Maryono DSPD DSJP FIHA FASE, mengungkapkan, penyebab utama penyakit jantung dan stroke di Asia Pasifik adalah konsumsi gula dan lemak terlalu banyak, malas bergerak, dan paparan polusi berlebih serta radikal bebas. Hal ini diperparah dengan kebiasaan manusia jaman sekarang yang serba praktis sehingga cenderung tidak aktif. 

"Kalau manusia jaman dulu fisiknya jauh lebih aktif, massa otot lebih besar, kolesterol baiknya tinggi (lebih dari 70 mg/dL) dan kolesterol jahatnya rendah (kurang dari 100 mg/dL). Sehingga kondisi jantung dan pembuluh darah juga cenderung bagus," tutur Djoko dalam simposium awam yang diselenggarakan PT AstraZeneca bekerja sama dengan Yayasan Jantung Indonesia di Jakarta, Senin (16/11).

Upaya menekan angka kematian akibat CVD ditempuh melalui penanganan tepat, yang meliputi diet (pengaturan makan), olahraga terukur dan obat. Selain menurunkan kadar kolesterol, pengobatan dapat mencegah serangan jantung atau stroke yang dipicu pecahnya bisul pembuluh darah, juga mencegah terbentuknya bisul pada pembuluh darah baru. 

Pasien Kurang Patuh 

Tingginya kadar LDL seseorang menempatkan orang tersebut sebagai golongan berisiko tinggi CVD. Salah satu upaya terapi yang ditempuh adalah menurunkan kadar LDL. Uji klinik mengungkapkan bahwa terapi penurunan LDL, khususnya menggunakan terapi statin, dapat menurunkan risiko CVD.

Sayangnya, pencapaian target kolesterol LDL sesuai anjuran nampaknya masih menjadi tantangan bagi para dokter dan pasien. Sebuah survei terbaru yang diikuti lebih dari 7.000 pasien dan dokter di delapan negara Asia mengungkapkan bahwa 50 persen pasien gagal mencapai target pengobatan LDL sesuai kadar yang disarankan. Selain itu, lebih dari 60 persen pasien yang didiagnosa oleh dokter pertama kali tidak mengalami perubahan pengobatan.

Dalam survei yang dikenal dengan CEPHEUS1 (CEntralised Pan-Asian Survei on tHE Undertreatment of hypercholeSterolemia) itu, Indonesia juga mengikutsertakan sekitar 800 pasien dan dokter. Hasilnya, hanya 31,3 persen pasien di Indonesia yang berhasil mencapai target penurunan kolesterol.

Sisanya sebesar 68,7 persen dinyatakan gagal menurunkan tingkat kolesterol sesuai harapan. Angka pencapaian Indonesia merupakan yang terendah dibanding negara Asia lainnya yang turut disurvey, yakni Vietnam, Taiwan, Thailand, Filipina, Malaysia, Korea, Hong Kong.

Dr M Munawar SpJP selaku koordinator nasional dari Indonesia, mengungkapkan beberapa penyebab kegagalan tersebut. Yang paling mencolok adalah kurangnya tingkat kepatuhan pasien yang menjalankan terapi penurunan LDL.

"Penyebabnya beragam. Mungkin pasiennya yang lupa minum obat, atau bisa jadi juga dokternya yang kurang paham. Misalnya bahwa obat kolesterol ini kan harus diminum tiap hari, dan kalau ternyata pasien tidak cocok dengan suatu obat seharusnya diubah. Caranya bisa diganti, dinaikkan dosisnya atau mungkin dikombinasikan dengan obat lain," beber Munawar.

Pernyataan Munawar sejalan dengan hasil survei ini yang menyebutkan 1 dari 4 pasien meyakini bahwa lupa mengkonsumsi satu dosis obat dalam jangka waktu satu minggu atau lebih, tidak akan memengaruhi tingkat kolesterol.

Berbicara di acara Pertemuan Puncak Cardiovascular tingkat Asia Pasifik di Beijing belum lama ini, koordinator investigator Internasional CEPHEUS di Asia Dr Jeong Euy Park, mengatakan bahwa CEPHEUS menghasilkan temuan penting terkait tatalaksana hiperkolesterolemia. 

"Telah banyak bukti yang menunjukkan bahwa semakin rendah tingkat kolesterol, semakin baik dalam menurunkan risiko penyakit. Apalagi jika disertai perubahan gaya hidup, akan semakin menurunkan risiko terkena serangan jantung atau stroke," ujar Park. 

Walaupun korelasi antara tingginya kadar kolesterol LDL dengan penyakit jantung koroner dan stroke sudah terbukti, survei ini memberikan informasi bahwa penegakan diagnosis, monitoring dan tingkat kepatuhan pengobatan sebagai upaya untuk menurunkan salah satu faktor risiko CVD terpenting yaitu hiperkolesterol, masih jauh dari memuaskan.(okz)

Sumber :
http://www.suaramedia.com/gaya-hidup/kesehatan/12940-sulitnya-turunkan-si-kolesterol-jahat.html

Apakah Kadar Kolesterol Saya Normal?



Kadar KolesterolSangat penting untuk mengetahui apakah kadar kolesterol darah kita normal atau tidak. Mungkinkah ada gejala yang bisa dijadikan tanda bahwa kadar kolesterol kita sudah tinggi?

"Sebagian besar hiperkolesterol tidak menimbulkan gejala, itu repotnya," ujar dr. Samuel Oetoro. Kadar kolesterol yang tinggi menyebabkan aliran darah menjadi kental sehingga oksigen menjadi kurang, sehingga gejala yang timbul adalah gejala kurang oksigen seperti sakit kepala, pegal-pegal.

"Namun, banyak yang tanpa gejala, makanya sering check up minimal 1 tahun sekali," saran dr. Samuel Oetoro. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui hiperkolesterol sedini mungkin sehingga dapat mencegah penyakit yang diakibatkan.

Pembuluh darah yang terganggu paling sering menyebabkan penyakit jantung dan stroke. Tapi, tidak hanya kedua penyakit mematikan tersebut, ternyata pembuluh darah yang terganggu juga dapat menyebabkan impotensi.

Kadar kolesterol dalam darah dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan darah di laboratorium kesehatan. Hasilnya akan dibandingkan dengan tabel klasifikasi kadar kolesterol sehingga dapat ditentukan golongannya.

Tabel Klasifikasi LDL dan HDL Kolesterol, Total Kolesterol dan Trigliserida

LDL ("Kolesterol jahat”)
Kurang dari 100Optimal
100-129Mendekati optimal
130-159Batas normal tertinggi
160-189Tinggi
Lebih dari 190Sangat tinggi
HDL ("Kolesterol Baik”)
Kurang dari 40Rendah
Lebih dari 60Tinggi
Total cholesterol (TC)
Kurang dari 200Yang diperlukan
200-239Batas normal tertinggi
Lebih dari 240Tinggi
Trigliserida (TGA)
Kurang dari 150Normal
150-199Batas normal tertinggi
200-499Tinggi
Sama atau lebih dari 500Sangat tinggi
 
 

Jumat, 04 November 2011

4 Gejala Stres yang Tak Terduga


Banyak orang tidak suka Senin karena pada hari ini kesibukan yang padat dimulai. Karena itu, para ahli menilai wajar jika banyak orang merasa stres pada hari Senin. "Namun, apabila kita merasa stres nyaris setiap hari, mungkin kita punya masalah kejiwaan yang lebih serius," ujar Stevan E Hobfoll, PhD, dari Rush University Medical Center.
Umumnya, gejalanya seperti empat contoh berikut. Apabila mengalami satu di antaranya, sebaiknya ajukan cuti sejenak dari pekerjaan.
1. Sering sakit kepala tanpa sebab. Senin sampai Jumat kita bekerja dalam jadwal yang padat. Pada akhir pekan, kita kerap memanfaatkan waktu untuk beristirahat, bersantai, atau berelaksasi. Kesenjangan aktivitas ini ternyata bisa memicu timbulnya migren, kata Todd Schwedt, MD, Direktur Washington University Headache Center. Supaya dampaknya tak kian hebat, kita harus punya waktu tidur yang cukup plus makan secara teratur setiap hari.
2. Nyeri haid tak tertahankan. Hasil riset terbaru dari Harvard School of Public Health mengungkapkan, wanita yang stres akan mengalami nyeri haid dua kali lipat lebih kuat ketimbang mereka yang lebih rileks. Para peneliti yakin, ketidakseimbangan hormon adalah pemicunya. Solusinya: lakukan latihan fisik secara rutin. Selain meredakan kram perut, aktivitas ini juga bisa mengenyahkan stres.
3. Sering sakit gigi. Kadang, tanpa sadar, kita menggemeretakkan gigi saat tidur. Atau gigi atas dan gigi bawah beradu dengan kuat. Esok harinya, rahang terasa ngilu. "Namun, rasa sakit ini bisa kian parah apabila kita sedang banyak pikiran atau di bawah tekanan," ujar Matthew Messina, DDS, penasihat konsumen dari American Dental Association. Mintalah bantuan dokter untuk mengatasi kebiasaan menggemeretakkan gigi pada malam hari.
4. Tidur tak nyenyak. Bermimpi seharusnya membuat kita bangun dengan perasaan nyaman dan riang pada pagi hari. Namun, apabila kita sering terbangun di tengah malam, proses bermimpi pun terganggu sehingga kita bangun pagi dengan perasaan lelah. Hal ini dikatakan Rosalind Cartwright, PhD, profesor bidang psikologi di Rush University Medical Center. Sebaiknya bentuk pola tidur yang sehat dengan membiarkan diri terlelap selama 7-8 jam setiap malam.

Sumber    : Kompas.com

7 Tanda Awal Serangan Stres


Stres tak selalu ditandai dengan wajah yang muram, kosong, menangis terus-menerus, cepat marah, atau frustrasi. Benar, gejala tersebut memang dialami oleh beberapa orang yang sedang stres. Namun sebelum mencapai tahap tersebut ada gejala yang menjadi pertanda awal dari serangan stres.

1. Sulit tidur. Berhati-hatilah jika Anda merasa sulit tidur tanpa alasan yang tepat. Banyak orang yang kesulitan tidur di malam hari karena mereka terus-menerus memikirkan berbagai hal yang mungkin tidak berjalan sempurna, dan terus menyesalinya. Tak jarang juga mereka terbangun di tengah malam, dan sulit untuk kembali tertidur.

2. Nyeri dan sakit. Penelitian membuktikan bahwa satu pikiran stres dapat menyebabkan perubahan pada semua proses yang terjadi dalam tubuh manusia. Rasa sakit dan nyeri yang dialami sebenarnya merupakan reaksi dari tubuh terhadap rasa lelah yang dihadapi. Jika sudah merasakan hal ini, sebaiknya Anda berhati-hati agar tidak stres dan jatuh sakit.

3. Tak bersemangat.
 Semangat merupakan salah satu hal yang sangat diperlukan untuk melakukan berbagai aktivitas. Stres tak hanya mempengaruhi proses dalam tubuh manusia, tapi juga pada sistem regenerasi sel tubuh. Sel yang terhambat regenerasinya, akan membutuhkan lebih banyak energi untuk meregenerasi sel baru. Akibatnya, energi untuk beraktivitas fisik pun menjadi lebih sedikit.

4. Tidak fokus.
 Stres sangat mempengaruhi pikiran Anda, termasuk dalam berfokus pada sesuatu hal. Pernahkah Anda merasa memikirkan banyak hal sekaligus dalam satu waktu? Misalnya, Anda sedang memikirkan sebuah pekerjaan baru, dan 2 menit kemudian Anda sudah memikirkan hal lain lagi sebelum menyelesaikan perkerjaan pertama. Perilaku ini tidak hanya akan membuat Anda stres karena pekerjaan Anda belum selesai, tetapi juga akan memecahkan konsentrasi banyak pekerjaan yang menumpuk. Jika tak diatasi, bisa menyebabkan tingkat stres yang tinggi.

5. Berpikir tidak jernih. Pernahkan Anda kebingungan untuk mengungkapkan suatu hal dalam kata-kata atau menuliskan laporan? Atau sering bingung untuk memulai suatu pekerjaan? Hal ini merupakan suatu pertanda bahwa Anda terserang stres. Kadar adrenalin dan kortisol dalam aliran sistem otak Anda berada pada tingkat yang berlebihan, atau disebut inhibisi kortisol, yang berarti kita tidak bisa mengakses bagian otak yang bertanggung jawab untuk membuat keputusan, memecahkan masalah, dan berpikir kreatif.

6. Kehilangan selera humor. 
Ketika Anda berada dalam gejala stres, Anda menjadi terlalu memikirkan segala sesuatunya dengan serius. Ingatlah saat-saat Anda bisa menertawakan semua kesalahan yang Anda lakukan, dan ketika Anda bisa tersenyum dengan spontan karena berbagai hal yang menggembirakan. Ketika sedang stres, sudut pandang kita mulai menyempit dan kita mulai melihat segala sesuatunya dari sisi serius.

7. Berpikir negatif. 
Bisakah Anda melihat berbagai kebaikan dalam diri orang lain? Jika Anda lebih sering menilai seseorang dari sisi negatifnya, maka berhati-hatilah. Banyak orang tak menyadari bahwa kecenderungan ini sebenarnya merupakan gejala awal stres. Ketika stres, pikiran kita menjadi tidak jernih dan cenderung berpikir tentang segala sesuatu yang buruk tentang orang lain.
Ada baiknya, kenali tanda-tanda ini agar Anda segera menyadari bahwa Anda sedang mengalami stres. Jika sudah terlanjur mengalami stres, tariklah nafas dalam-dalam, dan rehat sejenak dari aktivitas yang Anda lakukan sekarang. Setelah pikiran kembali jernih, kembalilah ke aktivitas Anda sebelumnya.

Sumber : Kompas.com

Selasa, 01 November 2011

Dampak Sering Konsumsi Bebek bagi Bumil



(Foto: gettyimages)
(Foto: gettyimages)
MENGINJAK bulan ke-3 usia kehamilan, hampir setiap hari saya makan daging bebek. Dari dulu saya memang lebih doyan daging bebek daripada ayam. Tapi, Ibu saya mengingatkan agar saya tak boleh sering-sering makan daging bebek, katanya banyak lemaknya, nggak baik untuk kehamilan.

Apakah benar, Dok? Apa yang sebaiknya saya lakukan? Mohon sarannya.
Erina Poerwito, Solo

Jawab:

Dr Diani Adrina, SpGK dari RS Pusat Pertamina menjelaskan, memang benar karena kandungan lemak daging bebek lebih banyak daripada daging ayam. Dalam 86 g daging bebek terkandung 76 mg kolesterol dan 9,6 g lemak sedangkan dalam 86 g daging ayam terkandung 73 mg kolesterol dan hanya 3,07 g lemak.

Hindari Kulit dan Organ Dalam

Jika Ibu mengonsumsi bagian kulit bebek maupun ayam secara berlebihan tentu akan berakibat kurang baik, utamanya pada masa kehamilan ini. Mengapa? Karena bagian kulit terbukti sangat tinggi lemak dan kolesterol.

Lemak dan kolesterol yang berlebih pada ibu hamil sangat berisiko tinggi terhadap timbulnya penyakit pada kehamilan, seperti hipertensi dan diabetes gestasional yang dapat mengganggu sirkulasi darah kepada janin melalui plasenta.

Selain kulit, bagian organ dalam (seperti hati atau usus) bebek dan ayam juga mengandung tinggi lemak dan kolesterol. Sehingga sebaiknya konsumsi dagingnya saja.

Juga, sebaiknya hindari makan hidangan dari hati angsa atau bebek yang tidak dimasak sampai matang. Sebab, makanan ini bisa mengandung listeria, jenis bakteri yang berbahaya bagi ibu hamil dan janinnya.

Kukus atau Panggang

Agar bumil tetap bisa bebas makan bebek tanpa takut terkena gangguan kesehatan, yang terpenting tentu saja konsumsi yang tidak berlebihan.

Batasi konsumsi hanya seminggu 1-2 kali dan disarankan untuk konsumsi dagingnya saja. Sementara pengolahannya dianjurkan dengan cara dikukus atau panggang. Kurangi asupan makanan sumber lemak yang lain seperti susu full cream, kudapan yang digoreng, atau kripik/krupuk.

Fakta Seputar Bebek

1. Daging bebek sebagian besar mengandung serat merah. Pada bagian dada bebek, serabut merah sebanyak 84 persen dan serabut putih 16 persen. Daging yang sebagian besar terdiri atas serabut merah mempunyai kadar protein yang lebih rendah dan kadar lemak yang tinggi dibandingkan dengan daging yang sebagian besar terdiri dari serabut putih.

2. Kadar protein daging bebek berkisar antara 18.6 – 19.6 persen dan lemak berkisar antara 2.7 – 6.8 persen.

3. Per 100 gram daging bebek bagian dada tanpa kulit mengandung protein sebanyak 28 gram

4. Per 100 gr daging bebek bagian dada tanpa kulit mengandung zat besi (Fe) sebanyak 5 mg.

6. Mengapa bebek tinggi lemak? Bebek memiliki kemampuan tinggi mendeposit lemak dibandingkan dengan ayam, karena lemak diperlukan untuk melindungi tubuhnya dari kedinginan pada saat berendam dalam air, serta digunakan untuk meminyaki tubuhnya agar tidak basah ketika berada dalam air.

7. Baby duck atau bebek muda yang umurnya berkisar 3-4 minggu dan beratnya tidak lebih dari 1 kg, kadar lemaknya tidak sebanyak bebek dewasa dan dagingnya jauh lebih lembut dan empuk. (Sumber: Tabloid Mom & Kiddie)
(//ftr)