Senin, 10 Oktober 2011

Salah Antibiotik Membuat Bayi Sering Sakit



Foto: Iman
"Dok, saya bingung, bayi saya ini, kok, sering sekali bolak-balik berobat karena penyakit yang sama, flu dan flu dan flu," kata seorang ayah di ruang praktik dokter spesialis anak, yang segera dilanjutkan oleh istrinya, "Iya, Dok. Padahal bayi saya ini sudah diperlakukan sesuai dengan apa yang dokter sarankan, diberi ASI eksklusif, saya makannya sudah 4 sehat 5 sempurna yang dimasak matang, kebersihan kamar dan rumah oke, begitu juga dengan ventilasi udara dan cahaya, sudah sesuai standar kesehatan internasional, deh."
Sebelum si dokter sempat menjawab, si ibu kembali berkata, "Oh, ya, Dok, di rumah saya tidak ada perokok, pendingin udara di kamar dipatok pada suhu 25 derajat celcius, setiap pagi AC dimatikan dan membuka jendela lebar-lebar. Juga tak hanya antibiotik, semua obat yang diberikan dokter selalu dihabiskan seperti apa kata dokter."
Sambil menulis resep, si dokter menanggapi, "Bu-Pak, kita semua ini manusia yang masih sedikit sekali ilmunya. Jadi pertahankan apa yang telah disebutkan Bapak dan Ibu tadi. Sekarang kita coba dulu dengan obat yang ini, mudah-mudahan berhasil."
"Basi!" Mungkin pernyataan ini yang akan keluar dari mulut si bapak dan ibu tadi. Mungkin juga kita akan mengucapkan hal yang sama, jika hal itu-itu saja yang dikemukakan dokter setiap kali kita mempertanyakan kenapa si kecil harus sakit saban minggu.
GARA-GARA ANTIBIOTIK
Menurut Prof. Iwan Darmansjah, MD, SpFK., bayi seharusnya ditakuti oleh penyakit alias jarang sakit. Mengapa? "Karena bayi masih dibentengi imunitas tinggi yang dibawanya dari dalam kandungan, juga diperoleh dari air susu ibunya. Jadi, penyakit sehari-hari seperti flu ­yang ditandai panas, batuk, pilek-, penyakit virus lain, atau bahkan infeksi kuman, seharusnya dapat ditolak bayi dengan baik," papar senior konsultan Pusat Uji Klinik Obat Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (PUKO FKUI) ini.
Karenanya, jika bayi hampir saban minggu atau sebulan bisa dua kali bahkan lebih berobat ke dokter, lanjut Iwan, "Tentu akan timbul pertanyaan besar. Apakah ada yang salah dari lingkungan, apakah ada yang salah pada tubuh si bayi, ataukah dokter yang salah mendiagnosa."
Iwan berpendapat, jika bayi berobat ke dokter karena flu hanya sesekali dalam kurun waktu 6-12 bulan, masih terbilang wajar. Tetapi kalau sudah setiap 2-3 minggu sekali harus pergi berobat ke dokter, maka tak bisa dikatakan wajar lagi. "Kondisi ini bisa terjadi ­jika tak ada faktor penyulit serta sudah menghindari faktor pencetusnya-, kemungkinan besar karena si bayi selalu mengonsumsi antibiotik yang diresepkan dokter setiap dia sakit," ungkapnya.
Padahal, tidak semua penyakit yang dialami bayi, apalagi flu, harus diobati dengan antibiotik. Sekalipun antibiotiknya itu dalam dosis, takaran, atau ukuran yang sudah disesuaikan dengan usia, berat dan tinggi badan si bayi.
FATAL AKIBATNYA
Penting diketahui, antibiotik baru ampuh dan berkhasiat jika berhadapan dengan bakteri atau kuman. Antibiotik tak akan mampu membunuh virus juga parasit. "Nah, kejadian demam karena flu itu, kan, sekitar 90%, bahkan 95% disebabkan oleh virus. Jadi, salah kaprah sekali jika bayi flu harus minum antibiotik karena tak akan menyelesaikan masalah, apalagi menyembuhkan penyakit si bayi," bilang Iwan.
Kesalahkaprahan pemberian antibiotik ini akan ditebus mahal oleh bayi, yakni menurunkan imunitas tubuh si bayi. Makanya tak heran jika bayi yang setiap sakit demam selalu minum antibiotik, tidak akan lebih dari satu bulan pasti sakit kembali.
Lebih jauh lagi, antibiotik tak memperlihatkan efektivitasnya langsung terhadap tubuh manusia seperti obat lain, tetapi melalui kemampuannya untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan kuman. Nah, kalau tidak ada kuman jahat untuk dibunuh ia justru membunuh kuman yang baik, dan ini merupakan efek sampingnya. Selain itu antibiotik bisa menimbulkan resistensi kuman dan mengurangi imunitas anak terhadap virus dan kuman.
Meski resistensi kuman merupakan fenomena yang logis alamiah, tapi menurut Iwan, pemakaian antibiotik yang berlebihan dan tidak rasional bisa mempercepat resistensi kuman pada tubuh pasien.
Reaksi lain yang bisa dilihat karena pemberian antibiotik adalah timbul demam, reaksi alergi, syok, hingga yang terparah yaitu kematian, karena si bayi tak tahan terhadap antibiotik yang dikonsumsinya. "Jangankan bayi, orang dewasa saja bisa meninggal jika dia tidak tahan antibiotik yang diminumnya," tambah Iwan.
PENGGUNAANNYA HARUS TEPAT
Lain ceritanya, lanjut Iwan, jika bayi terkena penyakit yang disebabkan kuman atau bakteri. Sekalipun tidak wajib, bayi boleh saja menjalani terapi antibiotik untuk kesembuhannya. "Tentu harus dengan antibiotik yang sesuai untuk penyakit yang dideritanya." Jadi, antibiotik yang diberikan harus tepat dengan jenis mikroorganisme penyebab penyakit. Kalau tidak, maka penyakit tak akan sembuh.
Sebagai contoh, seperti dipaparkan Iwan, untuk mengobati bisul bisa digunakan Dicloxacillin, Flucloxacillin atau Eritromisin, Spiramisin, Roxithromisin, dan sejenisnya. Untuk mengobati radang paru-paru dapat digunakan antibiotik Penicillin G (injection ) dan seturunan Eritromisin di atas. "Tetapi bayi dan anak tak boleh mengonsumsi antibiotik Moxifloxacin untuk mengobati radang paru-parunya, kecuali orang dewasa." Sedangkan untuk mengobati tifus bisa menggunakan Kloramfenicol atau Ciprofloxacin. Khusus untuk bayi dan anak, jika tak tahan Kloramfenicol, maka dapat diberikan Ciprofloxacin.
Selain itu, pemberian antibiotik juga harus tepat dosisnya, tak boleh lebih ataupun kurang. Untuk ukuran dosis, tiap bayi berbeda-beda, tergantung seberapa parah penyakitnya, riwayat kesehatannya, hingga berat dan panjang badan si bayi. Terakhir, harus tepat pula kapan antibiotik itu diminumkan pada si bayi, berapa jam sekali, biasanya sebelum makan, dan boleh dicampur obat lain atau tidak. Yang perlu diperhatikan, penggunaan antibiotik tak melulu dengan cara diminum (per oral), tetapi ada pula yang lewat jalur injeksi.
Karena itu, jangan sekali-kali memberi antibiotik sendiri tanpa sepengetahuan dan resep dari dokter. "Ingat itu berbahaya dan percuma, karena hanya dokter yang tahu antibiotik A adalah untuk mengobati kuman yang peka terhadap A," tandas Iwan.
Hal penting lainnya, antibiotik harus dikonsumsi hingga habis supaya mikroorganisme yang menjadi sasaran antibiotik dapat dimusnahkan secara tuntas. Bila tak dihabiskan, kemungkinannya mikroorganisme tersebut akan menjadi kebal terhadap pemberian antibiotik sehingga penyakit tidak sembuh tuntas.
MENGGANGGU FUNGSI GINJAL
Penggunaan antibiotik yang tak perlu, ujar Dr. rer. nat. Budiawan dari Pusat Kajian Risiko dan Keselamatan Lingkungan (PUSKA RKL) Universitas Indonesia, bisa menyebabkan timbulnya kekebalan mikroorganisme terhadap antibiotik yang diberikan tersebut. Sehingga, jika timbul penyakit akibat mikroorganisme yang sudah kebal tersebut, pemberian antibiotik biasa tak akan mampu menyembuhkan penyakit tersebut sehingga harus dicari antibiotik yang lebih ampuh.
Selain itu, mengonsumsi antibiotik yang tidak tepat bisa membunuh bakteri yang justru diperlukan tubuh, dan bisa terjadi gangguan sistem biokimia dalam tubuh. Efek lainya, bisa mengganggu sistem ekskresi tubuh, "Dalam hal ini gangguan terhadap fungsi ginjal, mengingat bahan aktif utama senyawa antibiotik tertentu bersifat nefrotoksik atau racun bagi fungsi sistem ginjal."
KENAPA DOKTER "MENGOBRAL" ANTIBIOTIK?
Sekalipun dampaknya sudah jelas merugikan pasien, namun tetap saja masih banyak dokter meresepkan antibiotik padahal jelas-jelas penyakit yang diderita si bayi bukan lantaran kuman. Menurut Iwan, hal ini dikarenakan perasaan tidak secure seorang dokter dalam mengobati pasiennya.
Walau begitu, Iwan tetap tak setuju. "Kalau boleh terus terang, hingga sekarang saya juga bingung dan tak bisa mengerti, kenapa banyak sekali dokter yang berbuat sebodoh itu, pada anak-anak lagi," katanya sambil menggeleng-gelengkan kepala.
Bohong besar, tambah Iwan, jika dokter mengatakan kepada pasienya, penyakit flu atau pilek yang dideritanya akan bertambah parah jika tak diobati dengan antibiotik. Karena itu, sebagai pasien atau orang tua pasien harus berani dengan tegas menolak, "No antibiotik, jika penyakit yang kita derita bukan karena bakteri." Penolakan seperti ini adalah hak pasien, lo.
APA, SIH, SEBENARNYA ANTIBIOTIK ITU?
Antibiotik dibuat sebagai obat derivat yang berasal dari makhluk hidup atau mikroorganisme, yang dapat mencegah pertumbuhan atau membunuh mikroorganisme lain. "Antibiotik diperoleh dari hasil isolasi senyawa kimia tertentu yang berasal dari mikroorganisme seperti jamur, actinomycetes, bakteri. Hasil isolasi tersebut dikembangkan secara sintetik kimia dalam skala industri," kata Budi.
Akan tetapi, tidak semua makhluk hidup dapat dijadikan antibiotik, karena antibiotik harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Harus efektif pada konsentrasi rendah.
2. Harus dapat menghambat pertumbuhan atau membunuh satu atau lebih jenis mikroorganisme.
3. Tidak boleh memiliki efek samping bersifat toksik yang signifikan.
4. Harus efektif melawan patogen.
5. Harus dapat disimpan dalam jangka waktu lama tanpa kehilangan aktivitasnya.
6. Harus dapat dieliminasi dari tubuh secara sempurna setelah pemberian dihentikan.
7. Harus bersifat sangat stabil agar dapat diisolasi dan diproses dalam dosis yang sesuai, sehingga segera dapat diserap tubuh.
Gazali Nova Com

8 Misteri Miss V



Ilustrasi
Mahkota yang satu ini sudah ada pada diri setiap wanita sepanjang usianya, tapi seberapa jauh Anda mengenalinya? Boleh jadi Anda terlalu malu untuk bertanya, atau memang sama sekali tak tahu ke mana harus mencari informasi. Padahal ada begitu banyak pertanyaan tentang organ vital yang satu ini. Di antaranya apa saja yang bisa diharapkan usai melahirkan agar vagina bisa kembali menjalankan fungsi-fungsi seksual dengan normal. Berikut fakta-fakta mengejutkan yang mungkin Anda tak pernah tahu sebelumnya mengenai bagian kewanitaan Anda.
1 Membersihkan diri sendiri
Jauhkan sabun dan aneka pembersih, apalagi yang tergolong keras. Jangan salah, vagina Anda mampu membersihkan diri sendiri. Di seluruh permukaan vagina terdapat berbagai kelenjar yang menghasilkan sejumlah cairan yang berperan membasahi sekaligus membersihkannya. Mayoritas kasus meluasnya infeksi vagina ternyata dipicu oleh kebiasaan salah mengenai bersih-bersih diri ini.
Umumnya, wanita berpikir bahwa cara terbaik membersihkan daerah kemaluan mereka ya dengan menggunakan air dan sabun, atau bahkan memanfaatkan douche (semprotan untuk membersihkan vagina. Red). Padahal aneka produk kebutuhan mandi umumnya mengandung zat-zat kimia yang membuat kulit jadi kering.
Belum lagi kandungan wewangian yang bisa menimbulkan iritasi pada vagina. Soalnya, aneka zat kimia yang ditambahkan tersebut justru membasmi aneka flora penting (bakteri dan jamur) sekaligus mengikis habis produksi minyak yang berfungsi membasahi vagina. Jangan salah, adanya bakteri dan jamur baik tadi di vagina jutru normal dan alamiah. Kalau komponen-komponen ini dibasmi, malah akan memicu jamur dan bakteri jahat berkembang biak. Akibatnya? Jamur dan bakteri jahat tadi akan memunculkan aneka keluhan sebagi gejala, di antaranya rasa gatal yang mengganggu dan bau tak sedap.
Solusinya? Sabun lembut yang tak mengandung zat-zat kimia berbahaya masih bisa digunakan untuk membasuh bibir vagina atau bagian luar kemaluan. Sedangkan untuk bagian dalam vagina, biarkan tubuh membersihkannya sendiri.
2 Saat terangsang, vagina akan membesar dengan sendirinya
Anda pasti pernah begitu khawatir dengan bertanya-tanya pada diri sendiri, mampukah vagina yang sedemikian mungil bisa mengakomodasi kebutuhan seksual suami? Jangan khawatir! Alam memungkinkan vagina menyesuaikan diri sedemikian rupa. Saat terangsang, vagina yang semula memiliki ukuran panjang hanya sekitar 3-4 inci akan melipatgandakan ukuran panjang dan luasnya hingga bisa menampung sepenuhnya penis suami.
Sayangnya, memang ada beberapa wanita yang tetap merasakan sakit saat bersetubuh. Keluhan ini umumnya muncul bila penis sang suami kebetulan berukuran ekstra besar. Jika ini yang menjadi masalah Anda, amat dianjurkan untuk menggunakan pelicin khusus. Selain itu, jangan bersetubuh secara tergesa-gesa. Kondisikan diri dan pasangan untuk betul-betul menikmati pemanasan. Dengan demikian vagina pun akan memuai secara bertahap hingga mampu menyesuaikan diri dengan penis suami. Semakin Anda terangsang, semakin kecil kemungkinan Anda harus menahan rasa sakit selagi berintim-intim.
3 Vagina akan keriput seiring berjalannya waktu
Inilah fakta hidup yang tak dapat diingkari. Seperti halnya wajah, tampilan organ kewanitaan pun akan mengalami perubahan sesuai usia. Bibir vagina akan berkurang kemontokannya akibat berkurangnya kadar hormon estrogen. Ketebalan lemak vagina menyusut dan berkurangnya kolagen akan semakin melemahkan daya lenturnya. Kulit vulva juga akan terlihat semakin hitam atau sebaliknya malah terlihat pucat, sementara volume klitoris pun akan menyusut.
Semua hal tadi adalah normal dialami setiap wanita. Anda merasa takut? Tidak perlu! Toh semua perubahan yang umumnya terjadi seiring dengan menurunnya produksi estrogen tidak akan mempengaruhi besarnya kenikmatan yang bisa Anda rasakan sebagai wanita.
4 Mustahil ada sesuatu yang nyasar dan raib di vagina
Setiap orang mungkin pernah mendengar mitos mengenai benda-benda tertentu yang kabarnya nyasar dan raib alias tak pernah ditemukan kembali. Ingat, vagina itu merupakan area terbatas yang terletak di dalam bagian tubuh yang amat terlindung. Vagina berbentuk sebuah saluran yang bermuara di rahim. Saluran ini dibangun oleh jaringan-jaringan khusus, masing-masing dengan fungsi istimewa. Dengan kata lain, vagina Anda tidak terhubung dengan area lain dari bagian tubuh mana pun. Jadi, jangan khawatir ada benda-benda yang akan nyasar  ke sana.
Akan tetapi, saat berhubungan intim mungkin saja tampon yang Anda kenakan ikut terdorong hingga akhinya tersangkut di bagian paling dalam vagina. Kalau kejadian ini menimpa Anda, segeralah ke bidan atau dokter kandungan yang akan mengambilnya dengan bantuan spekulum dan forsep.
5 Wanita mengalami ejakulasi saat orgasme
Kendati hal ini sangat mungkin terjadi, namun kasusnya terbilang amat jarang. Sebetulnya fenomena ini bukan sesuatu yang aneh, bahkan bisa dipelajari. Kejadian ini umumnya dialami wanita usia matang yang sudah memahami betul bagaimana seluruh organ tubuhnya bekerja.
Lalu seperti apa penjelasan mengenai fakta ini? Ada banyak kelenjar di sekitar saluran kemih, yakni saluran antara kandung kemih dan dunia luar. Saluran ini akan membuang cairan keluar berupa air seni saat dinding vagina bagian depan mendapat stimulasi. Daerah inilah yang disebut G-spot , daerah paling sensitif wanita. Oleh para pakar dan peneliti seksologi, area ini digambarkan sebagai “prostat wanita”. Di mana terkumpul berbagai kelenjar, sejumlah pembuluh darah, syaraf-syaraf, dan jaringan spons. Saat daerah ini terstimulasi, tubuh yang bersangkutan akan dibanjiri oleh berbagai cairan yang memungkinkannya mengalami ejakulasi seperti pria sekaligus puncak kenikmatan seksual.
6 Vagina akan berubah total usai melahirkan
Usai melahirkan sebetulnya penampilan vagina tidak terlalu berbeda seperti yang dicemaskan banyak orang. Seorang dokter kandungan biasanya akan bisa membedakan apakah pasiennya menjalani persalinan normal atau tidak. Spekulum yang digunakan untuk memeriksa ibu 2 anak biasanya jauh lebih besar dibandingkan dengan peralatan sejenis yang dipakai untuk memeriksa wanita yang belum pernah melahirkan. Akan tetapi tampilan luar vagina sekilas tak ada bedanya, kecuali ada bekas robekan parah atau bekas jahitan episiotomi.
Kalau Anda benar-benar merasa tidak nyaman dengan vagina Anda yang berubah usai melahirkan, disarankan rajin melakukan senam Kegel. Latihan ini benar-benar sangat membantu. Hebatnya lagi, latihan ini bisa dilakukan kapan saja dan di mana saja. Caranya pun amat mudah, tinggal “memeras”/mengencangkan otot-otot yang biasa digunakan saat ingin melepas dan menahan aliran kencing. Tahanlah selama beberapa detik, lalu ulangi latihan ini dalam beberapa set, masing-masing set minimal 10 kali. Makin besar porsi dan intensitas latihan ini, tentu hasil yang Anda peroleh pun akan semakin memuaskan.
7 Vagina itu seperti otot bisep. Gunakan atau Anda akan “kehilangan”
Bukan isapan jempol kalau vagina akan tetap sehat jka Anda menggunakannya secara teratur. Tentu saja bukan hanya aktivitas seks yang mampu membuat jaringan-jaringan vagina yang sensitif tetap terjaga kesehatannya. Melainkan penting juga untuk melatih memori Anda. Kalau Anda tetap menjaga ingatan Anda betapa pentingnya peran vagina dalam reproduksi, peluang Anda untuk melatih sekaligus menjaga kesehatannya pun semakin besar.
Sebaliknya, kalau Anda mengabaikan vagina sekian lama (tanpa aktivitas seks dan tanpa latihan Kegel), jangan heran kalau dinding-dinging vagina pun jadi rapuh dan tak lagi lentur. Kala menopause menghampiri, bukan tidak mungkin akan mendatangkan keluhan tersendiri. Namun seks bukanlah satu-satunya jawaban. Konsultasikan dengan dokter Anda yang akan membantu mempertahankan mahkota kewanitaan Anda dalam kondisi prima. Dokter akan menyarankan latihan-latihan khusus ataupun penggunaan sarana lain yang dianggap perlu.
8 Tak ada wanita yang sama persis
Keluarnya cairan vagina antara wanita yang satu dengan lainnya ternyata juga berbeda. Berdasarkan pengamatan para ahli, jumlah rata-rata cairan vagina seorang wanita usia subur selama 8 jam per hari adalah sekitar 1,55 gram (1 gram setara dengan ¼ sendok teh). Namun ada juga wanita yang produksi cairannya kurang dari jumlah itu, sementara ada pula yang lebih.
Yang pasti, variasi tersebut tetap dianggap normal. Wanita akan mengeluarkan lendir vagina dengan jumlah terbanyak, yakni sekitar 1,96 gram, saat menjelang ovulasi. Sekali lagi, angka-angka tersebut tentu saja tidak bisa dipukul rata. Ada beberapa wanita yang tergolong ectropion , di mana kelenjar-kelenjar penghasil selaput lendir yang semestinya berada dalam serviks justru berada di luar. Kalau Anda tergolong ectropion , bisa dimaklumi jika produksi lendir rahim pun berlebih, hingga lendir yang dikeluarkan melalui vagina juga berlebih.
Lalu bagaimana dengan warna? Juga sedemikian bervariasi tergantung pigmen yang Anda miliki, hingga warna tertentu pada seseorang dengan kadar pigmen yang berbeda tidak selalu berarti infeksi. Lendir vagina yang normal berwarna bening yang akan menjadi kekuning-kuningan saat mengering. Akan tetapi kalau lendir vagina berwarna kehijau-hijauan saat basah, disertai rasa gatal atau panas, berbau amis yang cukup menyengat, waspadalah. Untuk amannya segera periksakan diri guna memastikan apakah Anda terinfeksi penyakit kelamin atau tidak
sUMBER : nOVA cOM

Jenis Penyakit Yang Mengintai Si Gemuk



Ilustrasi: Aries Tanjung
Gemuk itu sehat? Bisa ya, bisa benar. Benar jika gemuk dianggap sebagai tercukupinya kebutuhan gizi, dibanding jika seseorang kurus kering. Tapi pendapat ini bisa jadi salah bila gemuk menjadi berlebihan, hingga menjadi kegemukan atau lazim pula disebut obesitas. Kenapa? Karena orang yang mengidap obesitas biasanya mengalami peningkatan risiko terserang berbagai penyakit dan gangguan kesehatan. Inilah beberapa di antaranya yang paling sering jadi ancaman.
1. GANGGUAN JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH 
Obesitas merupakan penyebab utama terjadinya penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler). Pasalnya, obesitas menyebabkan peningkatan beban kerja jantung, karena dengan bertambah besar tubuh seseorang maka jantung harus bekerja lebih keras memompakan darah ke seluruh jaringan tubuh. Bila kemampuan kerja jantung sudah terlampaui, terjadilah yang disebut gagal jantung. Tanda-tandanya, napas sesak dan timbulnya bengkak pada tungkai.
Pengidap obesitas juga sering mengalami tekanan darah tinggi (hipertensi) karena pembuluh darah menyempit akibat jepitan timbunan lemak. Kombinasi obesitas dan hipertensi ini tentu saja memperberat kerja jantung. Akibatnya, timbul penebalan pada dinding bilik jantung disertai kekurangan oksigen. Keadaan ini akan mempercepat timbulnya gagal jantung.
2. GANGGUAN FUNGSI PARU-PARU. 
Lagi-lagi timbunan lemak menjadi pemicu masalah. Pada pengidap obesitas, timbunan ini dapat menekan saluran pernapasan. Ini bisa menyebabkan terjadinya, henti napas saat tidur (sleep apnea). Gangguan seperti ini lama-lama dapat menyebabkan gagal jantung juga dan berujung dengan kematian.
3. MENYEBABKAN DIABETES DAN PENINGKATAN KOLESTEROL 
Obesitas dapat menyebabkan terjadinya penyakit kencing manis (diabetes melitus). Ini disebabkan timbulnya gangguan fungsi insulin pada pengidapnya.
Insulin adalah hormon yang diproduksi oleh tubuh. Fungsinya antara lain memasukkan gula dari dalam darah ke dalam sel-sel tubuh untuk digunakan sebagai sumber energi. Akibat gangguan fungsi insulin, gula tidak dapat masuk ke dalam sel, sehingga tetap beredar dalam darah. Ini dapat diketahui dari kadar gula darah yang meningkat.
Gangguan fungsi insulin ternyata juga mengakibatkan gangguan metabolisme lemak (dislipidemia). Ini dapat dilihat dari terjadinya peningkatan kadar kolesterol total, kolesterol LDL (kolesterol jahat), trigliserida, namun disertai penurunan kolesterol HDL (kolesterol baik).
Peningkatan kadar kolesterol jahat disertai penurunan kadar kolesterol berujung terbentuknya kerak dalam pembuluh darah (arterosklerosis). Arterosklerosis akan memperkecil diameter pembuluh darah, sehingga menyebabkan penyakit jantung koroner dan serangan stroke.
4. GANGGUAN PERSENDIAN 
Obesitas akan menyebabkan peningkatan beban pada persendian penyangga berat. Misalnya persendian lutut sehingga lama-lama dapat menimbulkan peradangan persendian (osteoartritis). Gejala-gejalanya antara lain, nyeri pada sendi, diikuti dengan pembengkakan. Sendi juga menjadi kaku tak bisa digerakkan. Yang terparah, penderita tidak sanggup berjalan lagi.
5. GANGGUAN SISTEM HORMONAL 
Obesitas ternyata juga mempengaruhi sistem hormonal dalam tubuh. Pada anak gadis, obesitas menyebabkan haid pertama (menarkhe) datang lebih awal. Pada wanita dewasa, obesitas dapat menyebabkan gangguan keseimbangan hormonal (hiperandrogenisme, hirsutisme), dan gangguan siklus menstruasi.
Hiperandrogenisme berarti jumlah hormon androgen (lelaki) meningkat. Akibatnya terjadi hirsutisme (tanda maskulinisasi). Misalnya jerawatan, distribusi bulu2 di wajah dan badan, bahkan mungkin perubahan suara menjadi berat seperti suara lelaki.
Pada wanita, obesitas juga peningkatan risiko timbulnya batu empedu. Ini terjadi karena cairan empedu menjadi lebih kental.
6. MENINGKATKAN RISIKO PENYAKIT GANAS 
Hasil penelitian menunjukkan, pada wanita yang sudah mengalami menopause, obesitas meningkatkan risiko timbulnya kanker rahim (endometrium) dan kanker payudara. Sedangkan pada pria, kegemukan dapat meningkatkan risiko terserang kanker prostat dan kanker usus besar (kolorektal).
7. GANGGUAN PSIKOLOGIS 
Orang dengan obesitas juga seringkali mengalami gangguan psikologis berupa rasa rendah diri, keadaan depresi, bahkan bisa terkucil dari pergaulan sosial. Terlebih lagi bila lingkungan di sekitarnya tidak memberi dukungan, melainkan lebih banyak memperolok-olok kegemukannya. 

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB OBESITAS 
Obesitas dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Yang terutama adalah:
1. Faktor genetik 
Genetik berarti secara keturunan seseorang mempunyai potensi untuk menjadi obes. Biasanya sejak masih anak-anak sudah bertubuh gemuk. Anak-anak dari orang tua yang gemuk, cenderung menjadi gemuk juga, terutama bila kedua orang tuanya gemuk.
2. Faktor lingkungan 
Aktivitas kurang bisa menyebabkan badan bertambah gemuk. Pada anak atau remaja yang gemuk, karena tersingkir dalam pergaulan, mereka jadi enggan melakukan aktivitas fisik seperti olahraga, misalnya. 
Kurangnya aktivitas fisik ini juga bisa disebabkan oleh gaya hidup malas. Misalnya malas berjalan, malas naik tangga, dan sebagainya. 
Faktor lingkungan lainnya adalah banyaknya makanan yang mengandung gula dan lemak jenuh.
3. Penyakit 
Ada beberapa penyakit yang menyebabkan seseorang mengidap obesitas. Misalnya saja hipotiroidisme, sindroma Cushing, kelainan
hipotalamus, dan beberapa lagi sindroma genetik (penyakit bawaan). Umumnya obesitas timbul karena penyakit-penyakit tersebut menyebabkan perubahan keseimbangan hormonal dalam tubuh yang pada akhirnya menyebabkan penimbunan lemak tubuh.

SEBAIKNYA TURUN BERTAHAP 
Untuk melakukan penanganan yang baik dan aman menurut standar ilmu kedokteran maka perlu diketahui terlebih dahulu faktor penyebab obesitas. Sebab penanganannya tentu saja berbeda-beda untuk penyebab yang berbeda.
Di situlah pentingnya melakukan konsultasi kepada dokter, khususnya seorang dokter gizi. Seorang dokter gizi akan melakukan berbagai pemeriksaan, yang antara lain bertujuan mengetahui secara tepat, berapakah sebenarnya kebutuhan kalori dan kebutuhan makronutrien (karbohidrat protein, dan lemak) seseorang.
Setelah mengetahui besarnya kebutuhan, selanjutnya dokter akan memberikan preskripsi diet yang sesuai. Misalnya diet 1.000 kalori, protein 50 gram, lemak 25 persen, dan karbohidrat 55 persen. Juga perbandingan protein jenis hewani atau nabati. Begitu pula lemaknya jenis lemak tak jenuh ganda, lemak tak jenuh tunggal, atau lemak jenuh dengan perbandingan tertentu pula.
Preskripsi diet tersebut selanjutnya akan diterjemahkan menjadi bentuk bahan makanan dan cara pengolahannya. Dengan mengikuti nasihat dari dokter, diharapkan akan terjadi penurunan berat badan secara bertahap, bukan penurunan berat badan drastis secara instan yang kemudian diikuti kenaikan berat badan lagi. 


RUMUS PENENTU OBESITAS 
Yang dimaksud dengan obesitas adalah keadaan terdapatnya cadangan lemak tubuh yang berlebihan, sehingga merugikan kesehatan. Timbunan lemak berlebihan tersebut terjadi akibat ketidakseimbangan antara intake (asupan energi dari makanan) dan output (keluaran energi dari aktivitas). Lalu apa bedanya dengan overweight? Yang terakhir ini adalah kelebihan berat badan relatif terhadap tinggi badan
Cara sederhana untuk mengetahui apakah seseorang termasuk golongan overweight atau obesitas adalah dengan menghitung Indeks Massa Tubuh (IMT). IMT dapat dihitung dengan rumus berikut ini: berat badan (dalam kilogram) dibagi dengan kuadrat/pangkat dua tinggi badan (dalam meter).
sUMBER : nOVA 

Hati-hati "Hobi" Ngelindur & Mendengkur



Foto: Dok. Nova
Tak banyak orang yang sadar bahwa dirinya mengalami gangguan tidur. Padahal, buruknya kualitas tidur bisa menyebabkan gangguan kesehatan yang serius. 

Masih banyak dari kita menganggap, bahwa gangguan tidur bukanlah sesuatu yang serius. Padahal, tahukah Anda, salah satu penyebab kecelakaan pesawat ulang-alik Challenger tahun 1986 silam adalah karena pengambilan keputusan yang kurang tepat dari para manajer NASA, yang jika dirunut-runut diakibatkan karena kurang tidur? 

Ya, tidur merupakan kebutuhan tubuh yang sangat penting, namun banyak yang menganggapnya sebagai proses istirahat biasa. Pada saat tidur, gelombang otak malah sangat aktif. Menurut Dr. Andreas A. Prasadja, tidur normal terdiri dari beberapa tahap, antara lain tahap rapid eye movement (REM) atau tahap tidur mimpi, dan tahap non-REM. Tahap non-REM dibagi lagi menjadi 4 tahap, yaitu tahap 1 sampai 4. Tahap 1 dan 2 sering disebut tidur dangkal, sementara tahap 3 dan 4 disebut tidur yang dalam, tahap dimana orang paling sulit dibangunkan.

Begitu tidur masuk dalam tahap 3, tubuh kita akan mengeluarkan hormon pertumbuhan (growth hormone). "Hormon ini penting untuk membangun sel-sel tubuh yang rusak. Pada anak, hormon ini berfungsi untuk pertumbuhan, misalnya pertumbuhan tulang," kata dokter dari Sleep Disorder Clinic RS Mitra Kemayoran, Jakarta, ini. 

Hormon kortisol yang dikeluarkan tubuh ini akan semakin meningkat menjelang pagi. "Meningkatnya hormon kortisol ini terutama pada saat kita mengalami stres (fisik atau kejiwaan). Hormon kortisol inilah yang membuat kita bangun dalam kondisi kuat dan segar," lanjut Andreas. 

Sering Diabaikan 
Kebanyakan individu memerlukan 6-10 jam untuk tidur. "Kurang tidur dan mengantuk bisa berakibat fatal. Kurang tidur 1,5 jam dapat menurunkan kewaspadaan di siang hari sebanyak 33 persen, sementara mengantuk merupakan faktor yang memengaruhi terjadinya kecelakaan lalu lintas sebanyak 30 persen," tandas Andreas.

Untuk menentukan apakah seseorang mendapat cukup tidur, antara lain dengan mengukur sleep latency-nya (waktu yang dibutuhkan untuk tertidur, yang nilai normalnya adalah 15-20 menit.) "Jika seseorang jatuh tertidur lebih cepat atau lebih lama dari waktu tersebut, bisa jadi ada gangguan."

Sayangnya, pengetahuan masyarakat tentang gangguan tidur masih kurang. "Jangankan masyarakat umum, bidang pelayanan medis pun belum banyak yang tahu. Orang mengangap tidur itu hanya proses istirahat, bangun, dan segar kembali. Padahal, tidak sesederhana itu."

Jadi, tak heran jika banyak orang yang mengalami gangguan tidur tapi tidak tahu ia mengalami gangguan tidur. Gejala yang paling umum pada gangguan tidur biasanya adalah hipersomnia atau excessive daytime sleepiness (EDS/kantuk berlebihan di siang hari). "Orang seharusnya segar beraktivitas, tapi pada orang-orang tertentu malah mengantuk dan lelah. Ini bersumber dari ketidaktahuan bahwa tidur adalah sebuah proses yang bisa dikendalikan/diatur," cetus Andreas.

Sakit Kepala 
Sembilan puluh persen orang dengan EDS mengalami gangguan tidur. Salah satu gangguan tidur yang paling banyak diderita adalah obstructive sleep apnes (OSA), yang gejalanya EDS dan mendengkur. Selama ini orang menganggap mendengkur sebagai pertanda tidur yang pulas. Padahal tidak. Ketika orang mendengkur, terjadi penyempitan di saluran napas atas. "Bisa jadi lidah jatuh ke belakang atau pasien punya amandel. Yang menjadi bahaya adalah jika saluran sama sekali tersumbat sehingga terjadi henti napas," tutur Andreas. Pada saat henti napas, kadar oksigen pun drop, sementara kadar karbondioksida naik. 

Di bagian saluran napas terdapat sensor yang aktif pada saat karbondioksida naik. Pada saat sensor aktif dan menunjukkan naiknya kadar karbondioksida, orang akan terbangun sejenak (mini arousal) untuk membuka saluran napas. "Bukan terbangun penuh, ya. Nah, dalam semalam, ini akan berulang terus. Akibatnya tidur pun terfragmentasi, tidak continuously, jadinya tidak enak."

Celakanya, orang tidak tahu kalau ia mendengkur. "Yang tahu adalah pasangan atau teman sekamar. Orang juga tidak ingat kalau malam itu ia terbangun berulang kali karena napas berhenti. Yang ia rasakan, begitu bangun pagi, ia merasa tidak segar, sakit kepala, yang berbuntut EDS lagi, begitu seterusnya. Akibatnya, konsentrasi, daya ingat, bahkan libido pun menurun."

OSA juga berhubungan dengan gangguan fungsi seksual, memori dan konsentrasi, serta perubahan kepribadian. OSA juga bisa berdampak terhadap kesehatan lain, seperti kesehatan kardiovaskuler. Sewaktu mendengkur, kadar oksigen menurun. Jika terjadi berulangkali, oksigen pun akan turun sehingga merusak pembuluh darah. "Akibatnya pembuluh mengeras (aterosklerosis), ditambah lagi kalau intake makanan mengandung kolesterol tinggi, maka pembuluh darah jadi kaku, sehingga memicu hipertensi, gangguan pembuluh darah koroner, atau bahkan stroke," jelas Andreas.

Untuk pernapasan, penurunan oksigen dan peningkatan karbon yang terjadi berulang akan lama-lama membuat badan terbiasa dengan kadar oksigen rendah dan karbondioksida tinggi. "Akibatnya sensor pun rusak, sehingga ia tak peka lagi terhadap kadar karbondioksida yang tinggi." 
Dok. Nova

Tunda Penuaan dengan Makanan


Krim anti-ageing bertebaran di mana-mana, dari yang murah sampai yang mahal. Namun tahukah Anda, ageing tak semata-mata penampilan fisik belaka?
J ari jemari perempuan berusia 30 tahun itu mengusap lembut sudut matanya. Ia tampak cemas dengan kerutan yang mulai terlihat. Tak berapa lama, temannya menghampiri dan memberikan krim anti ageing yang (katanya) bisa menghilangkan kerutan di sekitar mata dalam hitungan bulan. Sontak, kecemasan memudar dari wajah perempuan tadi. Senyum pun mengembang di bibir kedua perempuan cantik tadi.  
Ilustrasi di atas banyak ditemui pada iklan-iklan yang ditayangkan di televisi. Tak heran jika sedikit saja kerutan muncul, bisa diterjemahkan sebagai salah satu ciri penuaan. Efek yang lebih fatal dari terpaan iklan tadi adalah salah mengartikan ageing  dan anti-ageing . Misalnya dengan mengartikan bahwa ageing  semata-mata terjadi ketika penampilan luar mulai tak prima. Sehingga anti-ageing  hanya diperlukan untuk mempertahankan kecantikan luar.
Padahal menurut dr. Widya Murni, MARS. , dari Jakarta Anti- Ageing Center definisi  anti-ageing  adalah berbagai upaya dan cara untuk mempertahankan optimalnya kesehatan. “Tetapi, orang lebih suka mengambil arti anti-ageing  sebagai penampilan fisik yang prima, di sini termasuk kecantikan,” ungkapnya seraya menambahkan bahwa penuaan mulai terjadi secara signifikan di usia 30 tahun.
Dipengaruhi Hormon
Bagaimana caranya, sih, agar kita bisa menjaga segala unsur kesehatan tetap optimal dan berkualitas? Widya menjelaskan ada banyak hal yang memengaruhi lamanya kualitas hidup seseorang. Misalnya faktor genetik, gaya hidup, kebiasaan berolahraga, pola makan, kebiasaan tidur, nutrisi berkualitas, dan penjagaan keseimbangan hormon.
“Ternyata jika semua faktor ini bisa dijaga dengan baik, akan memengaruhi atau memperpanjang kualitas hidup seseorang” ucapnya.
Namun, penuaan juga tak bisa lepas dari keseimbangan hormon. “Ketidakseimbangan hormon akan memengaruhi mulai dari penampilan fisik hingga mengurangi optimalisasi fungsi organ-organ dalam tubuh kita,” ujar praktisi pengobatan anti penuaan ini.
Pasalnya hormon adalah zat alami yang dihasilkan tubuh kita melalui beberapa kelenjar yang terletak pada otak. Di mana keseimbangannya akan menciptakan kualitas hidup yang optimal. Jadi, adanya suatu gangguan pada ketidakseimbangan hormon ini dipercaya akan menjadi suatu awal mula timbulnya penyakit penuaan yang akhirnya membawa kita pada kematian.
Menopause & Andropause
Menurut Widya, dengan perkembangan ilmu saat ini, ternyata penuaan bisa saja terjadi saat kita baru dilahirkan. Catatannya, bila memang terdapat gangguan-gangguan terhadap keseimbangan hormon. Malah, ketidakseimbangan hormon bisa terjadi saat kita masih berupa janin sehingga mau tak mau akan memengaruhi kelangsungan hidup janin setelah ia lahir.
Misalnya kekurangan hormon tiroid yang diderita seorang ibu saat kehamilannya, ternyata mempengaruhi kecerdasan seseorang, pertumbuhan tinggi badannya, bahkan memengaruhi pembawaan seseorang. Orang dengan hipotiroid menjadi lebih lambat, kurang lincah, kurang aktif, lama berpikir, dan lambat dalam melakukan segala aktivitas.
Jadi, jika dulu orang hanya mengenal menopause  sebagai titik awal menuju penuaan, ubahlah pikiran itu. Sebab pada masa perimenopause (sekitar 10 tahun menjelang menopause), gangguan hormonal seseorang wanita mulai terjadi. Jadi sebaiknya seorang wanita mulai melakukan pemeriksaan laboratorium hormonalnya secara rutin. “Sebaiknya dimulai dari usia 35 tahun,” saran Widya.
Pada masa-mana ini, biasanya mulai banyak gangguan kesehatan yang berhubungan dengan hormonal itu terjadi, mulai dari tumbuhnya tumor/kista baik di payudara maupun ovarium, gangguan siklus haid, hingga berbagai keadaan lain yang ringan misalnya mudah sakit kepala, mudah depresi, mudah marah, hingga keadaan lainnya yang menjurus pada penyakit.
Lantas, bagaimana dengan andropause  yang dialami pria? Jika biasanya terjadi pada kisaran usia 35 tahun, bukan tak mungkin andropause  bisa terjadi lebih awal. Penyebabnya adalah jika individu mengalami obesitas,diabetes juvenile , atau depresi.
Sama halnya dengan menopause , andropause  sendiri mengacu pada kelainan hormon di mana hormon testosteron mulai menurun kadarnya. Bukan hanya seks yang terpengaruh, general wellness , kesehatan jantung dan pembuluh darah, bahkan optimalisasi otak, pun bisa terkena. Jadi seseorang dengan penurunan testosteron, selain menurun kebugarannya, juga kemampuan berpikir dan mengatasi stres mulai berkurang, karenanya mulai cenderung depresi.
Foto: Getty Images
Ciri-ciri Penuaan
Cara termudah untuk mengetahui apakah ageing  sudah mulai terjadi adalah jika Anda mulai menemukan tanda-tanda penuaan yang terlihat dari luar. Sebut saja pada wajah dan tubuh.
Pada penampilan, penuaan ditandai dengan kulit wajah kendur, timbul keriput di daerah lipat senyum dan sekitar mata, tampak lingkaran hitam di bawah kelopak mata, timbulnya kantung mata, mengendurnya payudara, perut dan kulit di bagian lain tubuh, rambut mulai rontok baik pada laki-laki maupun wanita.
Dari segi penurunan fungsi, penuaan bisa dideteksi ketika penglihatan mulai berkurang (menggunakan kaca mata baca), vitalitas dan kebugaran berkurang, kemampuan jantung berkurang, semua organ mulai mengisut termasuk otak, hati, ginjal, pendengaran dan penciuman mulai berkurang, dan pembuluh darah mulai tersumbat sehingga orang mudah terkena penyakit jantung atau stroke.
Makanan Antioksidan
Produk kecantikan seperti krim anti-ageing  ternyata hanya bisa menunda penuaan di luar. Padahal untuk menunda penuaan, Anda harus melakukannya inside out . Dan, ternyata pilihan makanan menjadi poin penting. “Pertama, sayuran dan buah. Kedua, sumber protein seperti ikan, sapi, dan ayam. Jika ayam kampung, maka ia adalah sumber kedua terbaik dari sisi protein,” jelas Widya.
Nah, bicara tentang buah, Widya menjelaskan bahwa berries  adalah sumber antioksidan terbaik, contohnya goji berries . “Antioksidan melawan radikal bebas yang menjadi penyebab utama penuaan.“ Omega-3 pada ikan juga menjadi salah satu pilihan. “Omega-3 pada ikan sangat istimewa karena mengandung zat antiinflamasi,” ucap Widya. Inflamasi sendiri adalah proses peradangan tanpa infeksi namun berakibat degeneratif yang berujung pada kematian.
Widya juga mengingatkan bahwa sumber-sumber makanan ini baiknya tidak terlalu diolah. “Semakin lama diolah, semakin kurang kualitas nutrisinya. Jadi, yang terbaik adalah makanan yang justru kurang diolah.“
Sementara makanan yang harus dihindari adalah karbohidrat seperti nasi, roti, dan gula. “Ganti dengan beras merah atau beras hitam, dan roti gandum,“ jelasnya. Begitupula dengan lemak. “Jika lemak buruk lebih banyak daripada lemak baik, bisa menyebabkan sakit jantung, kanker, dan penyakit lainnya.“ Sehingga Anda harus pintar-pintar menyeimbangkan lemak baik dan lemak buruk di dalam tubuh.
Apakah diet sehat ini tampak menakutkan? Tenang saja, pasalnya Widya memberikan tip berguna. “Lakukan pola makan sehat ini selama lima hari dalam seminggu. Sisa dua hari, Anda boleh memberi hiburan dengan memakan makanan yang Anda suka. Tapi, jangan berlebihan, ya!“
Nah, untuk melengkapi makanan-makanan sehat tadi, Anda juga sebaiknya mengonsumsi suplemen sebagai sumber nutrisi yang lain. “Karena makanan yang dikonsumsi bisa saja sudah terkena pupuk dan polusi.“ jelas Widya. Selain makanan, Widya juga menyarankan agar Anda rutin berolahraga, “Dua hingga tiga kali seminggu, maksimal 1 jam berolahraga. Tapi, jangan terlalu lama, karena akan memancing hormon kortisol yang membuat Anda stres dan lapar sehingga ingin makan lebih banyak lagi.“
Sehat Luar Dalam
Hal lain yang juga harus diluruskan menurut Widya adalah bahwa sebenarnya cantiknya penampilan fisik merupakan cerminan dari optimalisasi sehatnya organ-organ di dalam tubuh. “Seseorang yang benar-benar sehat harus merupakan gabungan dari sehat fisik, mental, spiritual, sosial, maupun seksual,” tegasnya.
Meski demikian, ageing  ibaratnya adalah proses alami yang dialami siapapun tanpa kecuali. Pembeda proses yang diakhiri dengan kematian ini adalah bagaimana individu tersebut menjaga kesehatannya. “Kematian memang menjadi takdir akhir manusia, tetapi banyak manusia bisa melewati masa tuanya dengan sehat dan optimal. Tapi, banyak pula manusia lain mengalami penuaan dini sehingga kematian menjemputnya lebih awal.” urai Widya.
Widya mengingatkan agar wanita tidak hanya mementingkan penampilan luar dengan membeli perawatan ini itu. “Untuk good looking  di masa tua, harus punya good lifestyle.  Meski tua, tapi jika sehat, penampilan luar dan dalam akan lebih baik. “ Bagi Widya, menunda ageing  sebaiknya dilakoni dengan prinsip, “Seni mengatur nutrisi untuk membawa kepada keseimbangan hormon.“
 Astrid Isnawati (Nova Com)