(Foto:thinkstock)
Seperti dikutip dari WebMD, Jumat (24/12/2010) stres berat dan kecemasan dapat mempengaruhi kesehatan mulut yang mencakup sariawan, menggeretak gigi, tidak sehatnya mulut dan penyakit gigi serta gusi lainnya.
Sariawan
Sariawan di mulut biasanya ditandai dengan luka berwarna putih kemerahan yang muncul di dalam mulut dan kadang bisa timbul beberapa di tempat yang berbeda. Meskipun para ahli tidak yakin apa penyebabnya, tapi kemungkinan akibat infeksi virus atau bakteri karena ada masalah dalam sistem kekebalan tubuh. Saat seseorang merasa stres atau kelelahan akan membuatnya rentan terkena sariawan karena kekebalan tubuhnya rendah.
Sebagian besar sariawan hilang dalam waktu seminggu hingga 10 hari dan untuk mengurangi iritasi usahakan menghindari makanan pedas, panas atau yang mengandung asam tinggi.
Menggeretak gigi
Secara tidak sadar saat sedang stres seseorang akan mengepalkan dan menggertakkan giginya siang dan malam hari, padahal kegiatan ini adalah salah satu kebiasaan buruk yang bisa menyebabkan masalah pada sendi temporomandibular (temporomandibular joint/TMJ). Sendi ini terletak di depan telinga yang mana tulang tengkorak dan rahang bawah bertemu.
Kesehatan mulut yang buruk
Berada di bawah tekanan yang ekstrem akan mempengaruhi suasana hati yang bisa membuat seseorang melewati kebiasaan merawat kebersihan mulut dan mengonsumsi makanan yang tidak sehat seperti ngemil makanan manis.
Jika mulut tidak terawat dengan baik, maka akan mempengaruhi kesehatan mulut dan gigi secara keseluruhan. Kondisi ini bisa mengakibatkan penyakit gusi dan meningkatkan risiko gigi berlubang. Padahal menjaga kebersihan diri dan juga konsumsi makanan sehat bisa membantu menghilangkan stres serta meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
Penyakit gusi
Stres bisa menyebabkan peningkatan plak gigi meskipun hanya berlangsung singkat. Jika terjadi dalam jangka waktu panjang stres ini bisa mendorong risiko perdarahan gusi, radang gusi serta penyakit gusi lainnya yang lebih parah. Selain itu stres bisa menyebabkan depresi, dan menurut studi diketahui pasien depresi memiliki risiko dua kali lebih tinggi mengalami kegagalan pengobatan yang maksimal untuk penyakit gusi.
Sumber (Vera Farah Bararah - detikHealth)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar