Jumat, 09 Desember 2011

Pelukan Ibu Mengubah Otak Anak Jadi Tidak Doyan Narkoba

Tidak salah jika dikatakan pemakai narkoba umumnya kurang perhatian dan kasih sayang dari orangtua. Menurut penelitian, pelukan ibu di masa kecil mengubah otak anak jadi kebal terhadap efek zat terlarang yang bikin kecanduan tersebut.

Pelukan dan sentuhan fisik yang lembut penuh kasih sayang dari seorang ibu disebut-sebut bisa memicu perubahan kimiawi di otak. Perubahan itu berupa peningkatan kadar interleukin 10, yakni sejenis molekul di otak yang menghambat efek berbagai jenis narkoba.

Untuk membuktikannya, para peneliti dari Duke University danUniversity of Adelaide di Australia melakukan percobaan pada beberapa ekor anak tikus dan induknya. Percobaan yang dilakukan pada peneliti tersebut menggunakan teknik yang disebut handling paradigm.

Sebagian anak tikus dipisahkan dari kandang induknya selama 15 menit, lalu dikembalikan lagi. Perlakuan ini membuat induk ikus tergerak untuk menghampiri anaknya, mengendus-endus dan terlibat kontak fisik lebih intens dibandingkan yang tidak pernah dipisahkan.

Dalam eksperimen berikutnya, anak-anak tikus dipisahkan lagi dan ditempatkan di sebuah kandang yang memiliki 2 ruangan. Anak-anak tikus bebas memilih mau masuk ruangan, lalu akan disuntik morfin jika memilih masuk ke salah satu ruangan yang telah ditandai.

Dalam beberapa kali percobaan, anak tikus yang jarang diendus-endus iduknya cenderung kembali ke ruangan yang ada morfinnya meski sudah tidak pernah diberi morfin lagi. Kecenderungan ini menunjukkan gejala kecanduan, yang tidak ditemukan pada anak tikus yang sering diendus-endus induknya.

Meski baru dibuktikan pada tikus, mekanisme yang sama diyakini juga terjadi pada manusia meski tidak mungkin dibuktikan dengan cara yang sama. Secara etis, sangat tidak manusiawi untuk memisahkan anak dengan ibunya lalu menyuntiknya dengna morfin hanya untuk melihat bagaimana efeknya.

Namun para peneliti mengatakan, molekuol interleukin juga ditemukan pada otak manusia dan kadarnya dipengaruhi oleh emosi dan kasih sayang. Dikutip dari Dailymail, Jumat (9/12/2011), molekul ini menghambat munculnya rasa senang dan efek ketagihan dari narkoba.




Sumber : Detik.com

Selasa, 29 November 2011

Bahaya Kejang Demam pada Anak


Demam pada anak balita tidak bisa dianggap sebagai suatu masalah sepele. Pasalnya, demam tinggi yang berakibat kejang bisa berujung pada kerusakan otak permanen pada anak.
Dr. Mulya Rahma Karyanti, SpA(K) dari Divisi Infeksi Departemen Ilmu Penyakit Anak, FKUI-RSCM, menyatakan kejang demam pada anak bayi lebih dari 15 menit dapat berdampak fatal, seperti kerusakan otak yang permanen. Hal ini disebabkan karena minimnya oksigen yang masuk ke dalam otak.
"Yang tadinya anak sudah pintar, perkembangannya menjadi mundur. Sehingga membuat anak jadi lemot," jelas Yanti dalam  seminar umum kesehatan di Fakultas Kedokteran UI, Sabtu, (23/4/2011).
Kejang demam pada anak balita, lanjut Yanti, biasanya diawali dengan faktor pencetusnya seperti demam terlebih dahulu. "Biasanya kejang demam paling sering terjadi pada masa-masa balita. Anak usia 1-5 tahun rentan sekali terkena kejang demam," ungkap Yanti.
Ia menambahkan, salah satu faktor risiko seorang bayi terkena demam kejang adalah  riwayat kejang dalam keluarga. Tapi, sekali pun seorang bayi tidak mempunyai riwayat kejang demam, bayi tetap mempunyai risiko terkena kejang walaupun persentasenya kecil.
Yanti memberikan cara penanganan praktis anak saat mengalami demam, terutama untuk mereka dengan riwayat kejang demam. Langkah pertama yang dilakukan adalah cara fisik. Fisik yang dimaksud adalah dengan melakukan kompres air hangat, bukan dengan air es atau alkohol.
"Yang dikompres adalah daerah lipat ketiak dan lipat pangkal paha. Kerjakan itu 10 sampai 15 menit biasanya akan bantu turun panas," ujarnya.
Kedua, dengan memberikan obat penurun panas. Yanti mengajurkan, saat demam anak sampai pada 37,8 derajat celcius sebaiknya segera diberikan obat penurun panas. Ini dimaksudkan untuk mencegah supaya jangan sampai anak mengalami demam tinggi yang bisa berakibat kejang.
Ketiga, alah memberi anak banyak minum. Hal ini ini maksudkan supaya anak tidak mengalami dehidrasi. Karena, kalau sampai kurang cairan, demam anak bisa semakin tinggi.

Sumber : Kompas.com

Demam: Apa dan Bagaimana Mengatasinya?

Pada pagi hari, suhu tubuh kita biasanya lebih rendah, sedangkan di sore hari sedikit lebih tinggi. Ini merupakan gejala wajar. Dalam keadaan sehat, suhu tubuh memang bisa berubah-ubah. Namun, bila suhu terus menanjak dan kita terserang demam, bukan tidak mungkin ada penyakit lain yang harus diatasi. 

Umumnya, suhu 37 derajat Celsius merupakan suhu tubuh yang dianggap sehat dan normal walaupun bisa naik atau turun satu derajat. Namun, kalau suhu tubuh terus meninggi hingga lebih 37 derajat Celsius, itu artinya kita sedang dilanda demam. 

Demam memang bukan penyakit, tetapi merepotkan bila tidak diatasi dengan baik. Demam juga bisa merupakan tanda bahwa kita menderita penyakit tertentu. Karena itu, demam merupakan alat pemberitahu bagi kita sendiri. 

Biasanya gejala demam adalah bagian kepala, leher, dan tubuh terasa panas, sedangkan kaki dan tangan dingin. Karena itu, kalau kita memeriksa seseorang apakah dia demam atau tidak, rabalah bagian kepala atau lehernya. Gejala lain yang bisa terjadi adalah kedinginan yang amat disertai dengan menggigil bila suhu meningkat cepat.


Peningkatan suhu biasanya merupakan tanda bahwa tubuh sedang terinfeksi oleh sesuatu. Setelah infeksi sembuh, suhu tubuh akan menurun lagi. Infeksi bisa terjadi akibat bakteri atau virus yang masuk dalam tubuh.
Demam merupakan mekanisme tubuh untuk melawan infeksi. Karena itu, janganlah langsung berusaha menurunkan suhu tubuh. Sebab, menurunkan suhu tubuh malah bisa menutupi gejala dan memperpanjang penyakit serta memperlambat ditemukannya penyebab.

Penyebab Demam
Biasanya penyebab demam sudah bisa diketahui dalam waktu satu atau dua hari. Kalau Anda menduga penyebabnya bukan penyakit karena virus, sebaiknya segera periksa ke dokter. 

Penyebab umum demam antara lain :

- Adanya infeksi seperti infeksi saluran kemih (sering buang air kecil atau buang air kecil disertai rasa pedih), infeksi streptokokus pada tenggorokan (sering kali disertai dengan radang tenggorokan), infeksi sinus (rasa sakit di atas atau di bawah kedua mata), dan abses gigi (bengkak di bagian mulut).

- Infeksi mononucleosis yang disertai rasa lelah.

- Tertular suatu penyakit saat Anda berada di luar negeri.

- Kelelahan karena kepanasan atau terbakar sinar matahari hebat.

Beberapa hal yang bisa Anda lakukan bila mengalami demam :

1. Kenakan pakaian tipis meskipun tubuh terasa dingin. Pakaian tebal dan selimut akan menaikkan suhu tubuh. Suhu yang sangat tinggi (39 derajat atau lebih) pada anak-anak bisa menyebabkan kejang-kejang.

2. Istirahatlah di rumah di ruangan dengan ventilasi yang baik. Gunakan kipas angin atau alat pendingin udara.

3. Minumlah banyak air putih, sari buah, susu, atau sup bening. Minuman dingin akan membantu menurunkan suhu tubuh. Cara mudah untuk mengetahui apakah sudah cukup minum atau tidak adalah dengan melihat urin berwarna terang ataukah kuning tua. Kalau berwarna terang, pertanda sudah cukup minum.

4. Usahakan makan seperti biasa meskipun nafsu berkurang. Bila tidak mau makan, tubuh akan lemah.

5. Periksalah suhu tubuh setiap empat jam sekali. Janganlah makan atau minum selama setengah jam sebelum suhu tubuh diukur karena hasilnya tidak tepat. Cara terbaik mengukur suhu tubuh adalah dengan menggunakan termometer yang dapat dibeli di apotek.

6. Yang terakhir, kompreslah tubuh dengan kain basah. Tidak hanya pada bagian kepala saja, tetapi juga seluruh tubuh. Tindakan ini akan membantu menurunkan suhu tubuh.
7. Periksakan diri ke dokter bila Anda mengalami demam dengan gejala seperti ini:

- Sakit kepala hebat.

- Bengkak hebat di tenggorokan. 

- Kepekaan mata terhadap cahaya terang menjadi menghebat.

- Ada rasa sakit dan kaku pada leher bila membungkukkan kepala ke depan.

- Rasa bingung.

- Muntah terus menerus.

- Kesulitan bernapas.

- Luar biasa loyo atau mudah marah.

- Adanya benjolan lunak pada kepala bayi.

Sumber : Kompas.com

Selasa, 08 November 2011

Sulitnya Turunkan Si Kolesterol Jahat

Survei terkini di delapan negara Asia melaporkan, 50 penduduk Asia gagal menurunkan kadar kolesterol jahat mereka sesuai target yang disarankan dalam panduan pengobatan. Di Indonesia, kegagalan ini bahkan mencapai 70 persen.

Rendang, gulai otak sapi, telur balado, tongseng kambing. Menumenu masakan Indonesia tersebut tak dimungkiri kelezatannya. Terbayang kenikmatan saat menyantapnya dengan nasi hangat mengepul. Hmm...sedap! Namun, hasrat menyantap hidangan berprotein hewani tersebut acapkali dibayangi risiko kenaikan kolesterol. Kuning telur, otak sapi, daging sapi Australia, daging kambing dan udang adalah sederetan produk hewani yang jika dikonsumsi berlebih dapat meningkatkan risiko tersebut. 

Kolesterol sejatinya merupakan zat di dalam tubuh yang berguna untuk membantu pembentukan dinding sel, garam empedu, hormon, dan vitamin D serta sebagai penghasil energi. Sumber utamanya berasal dari organ hati (sekitar 70 persen) dan sisanya bersumber dari makanan yang masuk ke dalam tubuh. Kolesterol dalam kadar normal jelas berdampak positif bagi tubuh. Namun, bila sudah melewati batas, maka dampak negatif yang akan timbul, terutama dalam jangka panjang. 

Kita mengenal dua jenis kolesterol, yaitu HDL (High Density Lipoprotein) alias kolesterol baik dan LDL (Low Density Lipoprotein) yang dikenal sebagai kolesterol jahat. Kadar HDL yang tinggi dalam darah (sekitar 40 mg/dL atau lebih) baik untuk kesehatan.

Sebaliknya, kadar LDL yang tinggi (100 mg/dL atau lebih) merupakan pertanda buruk. Penumpukan LDL pada dinding pembuluh darah dapat menyebabkan pengerasan dinding pembuluh darah (aterosklerosis) dan menyumbat aliran darah yang bisa berakibat fatal. 

Riset secara luas telah menunjukkan bahwa LDL-C (kolesterol jahat) adalah faktor risiko utama penyakit jantung dan pembuluh darah (cardiovascular disease/ CVD). Padahal, hingga kini CVD masih merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia, dengan angka kematian 17 juta orang per tahun. Angka ini diperkirakan meningkat menjadi 20 juta pada 2015 dan 23 juta pada 2030. Di Indonesia, Riset Kesehatan Dasar 2007 juga melaporkan bahwa stroke, hipertensi dan penyakit jantung iskemik menempati proporsi terbesar (27,3 persen) penyebab kematian semua umur. 

Ahli jantung, DR Djoko Maryono DSPD DSJP FIHA FASE, mengungkapkan, penyebab utama penyakit jantung dan stroke di Asia Pasifik adalah konsumsi gula dan lemak terlalu banyak, malas bergerak, dan paparan polusi berlebih serta radikal bebas. Hal ini diperparah dengan kebiasaan manusia jaman sekarang yang serba praktis sehingga cenderung tidak aktif. 

"Kalau manusia jaman dulu fisiknya jauh lebih aktif, massa otot lebih besar, kolesterol baiknya tinggi (lebih dari 70 mg/dL) dan kolesterol jahatnya rendah (kurang dari 100 mg/dL). Sehingga kondisi jantung dan pembuluh darah juga cenderung bagus," tutur Djoko dalam simposium awam yang diselenggarakan PT AstraZeneca bekerja sama dengan Yayasan Jantung Indonesia di Jakarta, Senin (16/11).

Upaya menekan angka kematian akibat CVD ditempuh melalui penanganan tepat, yang meliputi diet (pengaturan makan), olahraga terukur dan obat. Selain menurunkan kadar kolesterol, pengobatan dapat mencegah serangan jantung atau stroke yang dipicu pecahnya bisul pembuluh darah, juga mencegah terbentuknya bisul pada pembuluh darah baru. 

Pasien Kurang Patuh 

Tingginya kadar LDL seseorang menempatkan orang tersebut sebagai golongan berisiko tinggi CVD. Salah satu upaya terapi yang ditempuh adalah menurunkan kadar LDL. Uji klinik mengungkapkan bahwa terapi penurunan LDL, khususnya menggunakan terapi statin, dapat menurunkan risiko CVD.

Sayangnya, pencapaian target kolesterol LDL sesuai anjuran nampaknya masih menjadi tantangan bagi para dokter dan pasien. Sebuah survei terbaru yang diikuti lebih dari 7.000 pasien dan dokter di delapan negara Asia mengungkapkan bahwa 50 persen pasien gagal mencapai target pengobatan LDL sesuai kadar yang disarankan. Selain itu, lebih dari 60 persen pasien yang didiagnosa oleh dokter pertama kali tidak mengalami perubahan pengobatan.

Dalam survei yang dikenal dengan CEPHEUS1 (CEntralised Pan-Asian Survei on tHE Undertreatment of hypercholeSterolemia) itu, Indonesia juga mengikutsertakan sekitar 800 pasien dan dokter. Hasilnya, hanya 31,3 persen pasien di Indonesia yang berhasil mencapai target penurunan kolesterol.

Sisanya sebesar 68,7 persen dinyatakan gagal menurunkan tingkat kolesterol sesuai harapan. Angka pencapaian Indonesia merupakan yang terendah dibanding negara Asia lainnya yang turut disurvey, yakni Vietnam, Taiwan, Thailand, Filipina, Malaysia, Korea, Hong Kong.

Dr M Munawar SpJP selaku koordinator nasional dari Indonesia, mengungkapkan beberapa penyebab kegagalan tersebut. Yang paling mencolok adalah kurangnya tingkat kepatuhan pasien yang menjalankan terapi penurunan LDL.

"Penyebabnya beragam. Mungkin pasiennya yang lupa minum obat, atau bisa jadi juga dokternya yang kurang paham. Misalnya bahwa obat kolesterol ini kan harus diminum tiap hari, dan kalau ternyata pasien tidak cocok dengan suatu obat seharusnya diubah. Caranya bisa diganti, dinaikkan dosisnya atau mungkin dikombinasikan dengan obat lain," beber Munawar.

Pernyataan Munawar sejalan dengan hasil survei ini yang menyebutkan 1 dari 4 pasien meyakini bahwa lupa mengkonsumsi satu dosis obat dalam jangka waktu satu minggu atau lebih, tidak akan memengaruhi tingkat kolesterol.

Berbicara di acara Pertemuan Puncak Cardiovascular tingkat Asia Pasifik di Beijing belum lama ini, koordinator investigator Internasional CEPHEUS di Asia Dr Jeong Euy Park, mengatakan bahwa CEPHEUS menghasilkan temuan penting terkait tatalaksana hiperkolesterolemia. 

"Telah banyak bukti yang menunjukkan bahwa semakin rendah tingkat kolesterol, semakin baik dalam menurunkan risiko penyakit. Apalagi jika disertai perubahan gaya hidup, akan semakin menurunkan risiko terkena serangan jantung atau stroke," ujar Park. 

Walaupun korelasi antara tingginya kadar kolesterol LDL dengan penyakit jantung koroner dan stroke sudah terbukti, survei ini memberikan informasi bahwa penegakan diagnosis, monitoring dan tingkat kepatuhan pengobatan sebagai upaya untuk menurunkan salah satu faktor risiko CVD terpenting yaitu hiperkolesterol, masih jauh dari memuaskan.(okz)

Sumber :
http://www.suaramedia.com/gaya-hidup/kesehatan/12940-sulitnya-turunkan-si-kolesterol-jahat.html

Apakah Kadar Kolesterol Saya Normal?



Kadar KolesterolSangat penting untuk mengetahui apakah kadar kolesterol darah kita normal atau tidak. Mungkinkah ada gejala yang bisa dijadikan tanda bahwa kadar kolesterol kita sudah tinggi?

"Sebagian besar hiperkolesterol tidak menimbulkan gejala, itu repotnya," ujar dr. Samuel Oetoro. Kadar kolesterol yang tinggi menyebabkan aliran darah menjadi kental sehingga oksigen menjadi kurang, sehingga gejala yang timbul adalah gejala kurang oksigen seperti sakit kepala, pegal-pegal.

"Namun, banyak yang tanpa gejala, makanya sering check up minimal 1 tahun sekali," saran dr. Samuel Oetoro. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui hiperkolesterol sedini mungkin sehingga dapat mencegah penyakit yang diakibatkan.

Pembuluh darah yang terganggu paling sering menyebabkan penyakit jantung dan stroke. Tapi, tidak hanya kedua penyakit mematikan tersebut, ternyata pembuluh darah yang terganggu juga dapat menyebabkan impotensi.

Kadar kolesterol dalam darah dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan darah di laboratorium kesehatan. Hasilnya akan dibandingkan dengan tabel klasifikasi kadar kolesterol sehingga dapat ditentukan golongannya.

Tabel Klasifikasi LDL dan HDL Kolesterol, Total Kolesterol dan Trigliserida

LDL ("Kolesterol jahat”)
Kurang dari 100Optimal
100-129Mendekati optimal
130-159Batas normal tertinggi
160-189Tinggi
Lebih dari 190Sangat tinggi
HDL ("Kolesterol Baik”)
Kurang dari 40Rendah
Lebih dari 60Tinggi
Total cholesterol (TC)
Kurang dari 200Yang diperlukan
200-239Batas normal tertinggi
Lebih dari 240Tinggi
Trigliserida (TGA)
Kurang dari 150Normal
150-199Batas normal tertinggi
200-499Tinggi
Sama atau lebih dari 500Sangat tinggi