Kamis, 22 September 2011

Setetes Faedah dari Lautan Faedah Surat Al Fatihah


Alhamdulillah wassalamu ‘ala Rosulullah. Surat Al Fatihah adalah surat yang paling sering dibaca oleh kaum muslimin, minimal dalam sehari 17 kali sebanyak rekaat sholat wajibnya. Namun kiranya hanya sedikit dari kaum muslimin yang menetahui ma’na sekaligus faedah-faedah didalamnya. Bahkan sebagian orang membuat bid’ah atasnya yaitu dengan membacanya sebelum khutbah, di akhir do’a,dan pada acara-acara tertentu yang mana pemimpinnya mengatakan “Al Faatihah…”maksudnya bacalah al Fatihah, serta amalan menyimpang lainnya.
Pada kesempatan ini, lewat artikel yang ringkas ini kita akan berusaha mengupas diantara faedah dari Surat Al-Fatihah. Artikel ini merujuk pada Tafsir Surat Al-Fatihah oleh Syaikh Al Alamah Muhammad bin Sholeh Al Utsaimin-rahimahullah- dari kitab beliau Tafsir Juz Amma.
Al Qur’an adalah tali-Nya yang kuat dan jalan-Nya yang lurus. Allah berfirman dalam QS Al Ma’idah 15-16 :
قَدْ جَاءكُم مِّنَ اللّهِ نُورٌ وَكِتَابٌ مُّبِينٌ. يَهْدِي بِهِ اللّهُ مَنِ اتَّبَعَ رِضْوَانَهُ سُبُلَ السَّلاَمِ
“..Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan Kitab yang menerangkan . Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keredhaan-Nya ke jalan keselamatan..”
Kitab yang menjelaskan segala sesuatu sebagaimana FirmaNya :
وَنَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ تِبْيَاناً لِّكُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً وَبُشْرَى لِلْمُسْلِمِينَ
“Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Qur’an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.” (An Nahl 89)
Allah menurunkan Al Qur’an dan memerintakan kita berkaitan dengannya beberapa perkara :
1. Beribadah dengan membacanya.
2. Mentadaburi ma’na-ma’nanya.
3. Menjadikannya sebagai nasehat
Adalah hal yang tidak mungkin bagi seseorang untuk mengambil pelajaran dari al Qur’an kecuali dengan mengatahui maknanya. Untuk itu seyogyanya kita berusaha mengetahui arti serta makna yang terkandung didalam al Qur’an dengan ilmu dan penuh keyakinan. Jangan samapai kita hanya membacanya namun tidak mengetahui arti serta maknanya sehingga dalam memahaminya hanya sekedar perkiraan atau persangkaan semata. Allah berfirman :
وَمِنْهُمْ أُمِّيُّونَ لاَ يَعْلَمُونَ الْكِتَابَ إِلاَّ أَمَانِيَّ وَإِنْ هُمْ إِلاَّ يَظُنُّونَ
“Dan diantara mereka ada yang buta huruf, tidak mengetahui Al Kitab (Taurat), kecuali dongengan bohong belaka dan mereka hanya menduga-duga .”(Al Baqoroh 78)
Tentang surat Al Fatihah :
Surat ini disebut dengan surat Al Fatihah karena al Qur’an dimulai dengannya . Ada juga yang mengatakan karena ia surat yang pertama kali diturunkan secara sempurna. Surat ini mengandung sebagian besar makna al Qur’an dalam masalah aqidah, tauhid, hukum, penjelasan balasan amalan, jalan yang ditempuh manusia dan masalah yang lainya untuk itu surat ini disebut dengan Ummul Qur’an.
Ayat yang pertama*:
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang”. (Al Fatihah 1)
Faedah dari ayat ini :
1. Tabaruk (mengharapkan berkah) dengan mendahulukan penyebutan nama Allah.
Sehingga sebagaimana yang kita ketahui banyak diantara do’a-do’a yang diajarkan rosulullah mengandung/ didahului lafadz basmalah sebagaimana do’an sebelum makan, sebelum wudhu, saat masuk maupun keluar rumah, saat menyembelih dan pada beberapa hal lainya. Rosulullah berkata pada seorang anak kecil saat hendak makan: “wahai anak sebutlah nama Allah makanlah dengan tangan kananmu dan makanlah dari yang terdekat darimu..”
2. Berfaedah pembatasan, yaitu membatasi hanya dengan nama Allahlah kita melakukan suatu perkerjaan. Misalkan saat makan dengan sebelumnya membaca bismillah hal ini seolah-olah anda mengatkan “Saya tidak makan dengan nama seorang pun yang saya harapkan berkah dan pertolongannya kecuali nama Allah”
Ayat yang kedua:
الْحَمْدُ للّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
“Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.” (Al Fatihah 2)
Firman Allah “الْحَمْدُ” adalah sifat bagi yang dipuji dengan kesempurnaan disertai rasa cinta dan pengagungan. Kesempurnaan pada zat, sifat, dan perbuatan.
Faedah dari ayat ini :
1. Penetapan adanya pujian yang sempurna bagi Allah.
2. Allah berhak secara khusus pujian dari segala sisi. Oleh karena itu saat mendapat sesuatu yang menyenangkan Rosulullah berdo’a :
Alhamdulillahilladzii bini’matihi tatimmush shalihaat.
“Segala puji bagi Allah, dengan nikmatnya sempurna kebaikan-kebaikan.. “
Sedang saat mendapat musibah atau sesuatu yang tidak disenangi berdo’a :
Alhamdulillah ‘ala kulli hal..
“ Segala puji bagi Allah atas segala sesuatu..”
Ayat yang ketiga:
الرَّحْمـنِ الرَّحِيمِ
“ Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.” (Al Fatihah 3)
Ar Rahman maksudnya memiliki rahmat yang luas. Sedang Ar Rahim bermakna memiliki rahmat yang sampai.
Faedah dari ayat ini :
1. Penetapan dua nama yang mulia yaitu arrahman dan Ar Rohim bagi Allah serta menetapkan kandugannya berupa rahman berupa sifat serta perbuatanNya.
2. Rububiyah Allah dibangun rahmat yang luas. Sehingga kita dapatkan dalam hukum-hukumnya berbagai kemudahan yang diberikan pada manusia.
Ayat yang keempat:
مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ
“Yang menguasai di Hari Pembalasan “ (Al Fatihah 3)
Lafadz ini adalah sifat dari اللهِ , ada dua cara membacanya yaitu مَلِكِ bermakna raja dan مَالِكِ bermakna pemilik. Kedua maknanya adalah benar.
Faedah dari ayat ini :
1. Penetapan kerajaan bagi Allah di akhirat. Bukan berarti saat di dunia tidak demikian,kerajaan Allah meliputi dunia dan akhirat. Namun sebagaimana yang kita ketahui di dunia ini sebagian manusia lalai dari mengakui kerajaan-Nya namun tidak demikian di akhirat nanti semua mengakui hanya milikNya kerajaan serta kekuasaan.
2. Hendaknya manusia beramal untuk mempersiapkan diri sebagai bekal di akhirat.
Ayat yang kelima:
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
“Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan. “ (Al Fatihah 4)
Maksudnya kami tidak memohon petolongan untuk melakukan ibadah dan selainya kecuali hanya kepada Allah
Faedah dari ayat ini :
1. Mengikhaskan ibadah hanya pada Allah diambil dari lafadz ” إِيَّاكَ نَعْبُدُ”
2. Mengikhalskan permohonan pertolongan hanya kepada Allah “وإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ”. isti’anah ada dua yaitu tafwidz dan musyarokah. Isti’anah tafwidz ialah bersandar kepada Allah dan berlepas diri dari kemampuan serta kekuatan selainNya. Adapun isti’ana musyarokah maknanya bersama-sama dalam hal yang ingin engkau kerjakan. Untuk jenis yang kedua ini maka tidak maengapa kita minta pertolongan pada selain Allah yang kita lihat mampu melakukannya sebagaimana Firman Allah :
..وَتَعَاوَنُواْ عَلَى الْبرِّ وَالتَّقْوَى ..
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa..”(Al Maidah 2)
Ayat yang kelima:
اهدِنَــــا الصِّرَاطَ المُستَقِيمَ
“ Tunjukilah kami jalan yang lurus.”(Al Fatihah 5)
Yang dimaksud shirat adalah jalan, sedang yang dimaksud hidayah disini adalah irsyad (petunjuk) maupun taufiq. Jadi dengan ucapan ini kita memohon kepada Allah hidayah berupa irsyad dan taufiq yang makannya kita memohon ilmu yang bermanfaat dan amal shalih dengan taufiqNya.
Faedah dari ayat ini :
1. Perlunya berlindung kepada Allah setelah beribadah. Ayat sebelumnya berkaitan tentang ibadah sedang ayat ini memberi tuntunan agar kita memohon hidayahnya agar tetap dijalan yang lurus saat beribadah.
2. Jalan itu terbagi menjadi dua jalan yang lurus dan bengkok. Hendaknya kita senantiasa hati agar tetap diatas jalan yang lurus dan terhidar dari jalan yang bengkok.
Ayat yang ketujuh:
صِرَاطَ الَّذِينَ أَنعَمتَ عَلَيهِمْ غَيرِ المَغضُوبِ عَلَيهِمْ وَلاَ الضَّالِّينَ
(yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri ni’mat kepada mereka, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat. (Al Fatihah 7)
Lafadz ini adalah athof bayan (penjelas)dari ayat sebelumnya yang menjelaskan lebih rinci hakekat dari jalan yang lurus yang kita minta. Yang dimaksud dengan dengan orang-orang yang diberi nikmat disebutkan oleh Allah dalam firmanNya:
وَمَن يُطِعِ اللّهَ وَالرَّسُولَ فَأُوْلَـئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللّهُ عَلَيْهِم مِّنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاء وَالصَّالِحِينَ وَحَسُنَ أُولَـئِكَ رَفِيقاً
“Dan barangsiapa yang menta’ati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi ni’mat oleh Allah, yaitu : Nabi-nabi, para shiddiiqiin , orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. “(An Nisa’ 69)
Sedang yang dimaksud “المَغضُوبِ” adalah orang yahudi dan siapa saja yang mengetahui kebenaran namun tidak melaksankan atau bahkan mengingkarinya. Sedang yang dimaksud ” الضَّالِّين” adalah orang nashoro dan siapa saja yang mengerjakan selain kebenaran karena dia tidak mengetahuinya. Dia beramal tanpa ilmu. Adapun seorang muslim adalah orang yang berilmu dan beramal diatas ilmunya. Tidaklah dia beramal kecuali setelah memiliki ilmu atasnya dan tidaklah dia berilmu kecuali ia senantiasa berusaha untuk mengamalkannya.
Faedah dari ayat ini :
1. Penyebutan yang rinci setelah global, dan ini adalah metode yang mulia dimana jiwa-jiwa jika dating sesuatu yang global ia akan menunggu rincian serta penjelasannya.
2. Penyandaran nikmat hanya kepada Allah.
3. Terbaginya manusia menjadi 3 golongan
4. Didahulukan golongan yang parah terlebih dahulu yaitu orang yang dimurkai (yahudi)karena mereka yang paling besar penyelisihanya dibanding orang-orang yang sesat. Orang yang menyelisihi dalam keadaan mengetahui lebih sulit untuk bertaubat/menerima kebenaran dibanding orang yang menyelisihi dalam keadaan tidak mengetahui.
Sebenarnya begitu luas makna dan faedah yang terkandung dalam surat al Fatihah namun karena keterbatasan ilmu yang kami miliki tak mungkin bagi kami menyampaikan semuanya. Semoga yang sedikit ini dapat member manfaat dan menambah kekhusukan kita dalam membaca surat ini. Sholawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi kita Muhammad.
Sumber : As-sunnah Sukoharjo

Keutamaan Membaca Surat Yaasin


Diantara hadits yang menyebutkan keutamaan pembacaan surat yasin ini disebutkan didalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud, Ibnu Majah dan Ahmad dari Ma’qal bin Yasar dari Nabis aw bersabda,”Bacalah kepada (orang yang menjelang) kematiannya surat yasiin.”
Al ‘Alamah Abu ath Thayib Abadiy mengatakan bahwa hal itu adalah terhadap orang yang menjelang kematiannya. Barangkali dengan membacakannya maka hal itu akan memudahkannya saat menghadapi sakaratul maut karena didalam surat itu disebutkan nama Allah swt, keadaan hari kiama dan hari kebangkitan.
Imam ar Rozi mengatakan didalam “At Tafsirul Kabir” bahwa perintah membacakan surat yasin terhadap orang yang dekat dengan kematiannya ini juga berdasarkan sabdanya saw,”Segala sesuatu memiliki jantung dan jantung al Qur’an itu adalah yasin.”
Hal itu dikarenakan keadaan lidah pada saat itu sangatlah lemah berbeda dengan hati secara keseluruhannya mampu menghadap Allah. Oleh karena itu dibacakanlah kepadanya sesuatu yang dapat menambah kekuatan hatinya dan menyandarkan kejujurannya dengan yang pokok, yaitu amal dan fungsinya. (Aunul Ma’bud juz VIII hal 279)
Ibnu Katsir meyebutkan didalam tafsirnya bahwa sebagian ulama mengatakan,”Diantara kekhususan surat ini adalah tidaklah seseorang membaca surat ini dalam keadaan sulit kecuali Allah akan memberikan kemudahan kepadanya. Dan sepertihalnya ketika surat ini dibacakan terhadap orang yang menjelang kematiannya maka akan turun kepadanya rahmat dan keberkahan dan untuk memberikan kemudahan keluarnya ruh dari jasadnya.”
Imam Ahmad mengatakan bahwa telah bercerita kepada kami Abdul Mughirah,”Telah bercerita kepada kami Shafwan berkata bahwa para syeikh telah mengatakan,”Apabila dibacakan—surat yasin—terhadap orang yang menjelang kematian maka akan diringankan bebannya. (Tafsir al Qur’anil Azhim juz VI hal 562)
Hadits-hadits lain tentang keutamaan surat yasin seperti sabda Rasulullah saw,”Barangsiapa yang membaca yasin maka Allah akan tuliskan pembacaannya itu sama dengan membaca al qur’an sepuluh kali selain yasin.” Imam Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini gharib yaitu diriwayatkan hanya oleh satu orang saja.
Sabda Rasulullah saw,”Barangsiapa yang membaca yasin pada suatu malam dengan mengharapkan wajah Allah maka dia akan diampuni.” (HR. Malik, Ibnus Sunni dan dishahihkan oleh Ibnu Hibban) dan hadits dinyatakan lemah oleh Imam al Haitsami.
Tentang keutamaan membaca yasin ini telah diriwayatkan oleh Abu Ya’la dari Abu Hurairoh bahwa Rasulullah saw bersabda,”Siapa yang membaca surat yasin pada suatu malam maka pada pagi harinya ia dalam keadaan diampuni. Siapa yang membaca hamiim yang didalamnya disebutkan ad dukhan maka pada pagi harinya ia dalam keadaan diampuni.” Ibnul Jauzi pun menyatakan bahwa seluruh jalan hadits ini adalah batil yang tidak memiliki dasar. (al Maudhu’at juz I hal 247)
Didalam hadits-hadits yang menyatakan pembacaan yasiin pada suatu malam—meskipun sebagiannya lemah atau bahkan maudhu’—disebutkan secara mutlak atau tidak ada pengkhususan pembacaannya pada malam-malam tertentu, seperti malam jum’at atau malam lainnya.
Hal itu sejalan dengan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Hurairoh dari Nabi saw bersabda,”Janganlah kamu mengkhususkan malam jum’at dengan suatu qiyam (shalat malam) diantara malam-malam lainnya. Janganlah kamu mengkhususkan hari jum’at dengan puasa tertentu diantara hari-hari lainnya kecuali apabila hari itu bertepatan dengan puasa salah seorang diantaramu.” (HR. Muslim)

Senin, 19 September 2011

Makanan Super 'Pembersih' Racun dari Tubuh

img

Dok. Thinkstock
Jakarta - Dalam beberapa waktu, tubuh perlu dibersihkan dari racun-racun yang biasanya berasal dari makanan berkolesterol tinggi, atau makanan/minuman lain yang mungkin mengandung zat berbahaya. Untuk itu, Anda perlu mengonsumsi makanan dan minuman yang memiliki fungsi detoksifikasi.

Beberapa jenis makanan ada yang harus dikonsumsi dalam jangka waktu tertentu, ada pula yang bisa dimakan sebagai sajian sehari-hari. Apa saja? Ini dia beberapa diantaranya.

1. Kunyit
Kunyit mengandung curcumin yang berfungsi sebagai anti radang dan melawan infeksi. Dikutip dari Glamour Magazine, dua kemampuan curcumin ini membantu menyingkirkan kuman dan bakteri jahat, serta mempercepat pengeluaran toksin dari tubuh. Kunyit bisa diolah menjadi bumbu berbagai masakan, seperti kari dan sup ayam asam kuning. Sajikan bersama nasi merah agar detoksifikasi lebih maksimal.

2. Sawi Hijau
Sawi kaya akan vitamin, mineral, serat dan anti-oksidan. Sayuran renyah ini juga mengandung kalsium dan asam lemak omega-3. Dilansir oleh iVillage, mengonsumsi satu mangkuk sawi setiap hari akan membantu detoksifikasi tubuh, mencegah kanker, penyakit jantung dan gangguan kesehatan serius lainnya. Ada banyak cara untuk mengolahnya; dijadikan sup, tumis atau cukup direbus.

3. Mangga
Cukup makan satu cangkir mangga per hari, dan Anda sudah memenuhi 80% kecukupan vitamin C, 25% vitamin A, 7% potassium dan 3 gram serat. Selain itu, buah tropis ini juga mengandung phenol yang memiliki kemampuan menyembuhkan serta anti-oksidan. Selain dimakan utuh, mangga juga bisa dikombinasikan dengan yoghurt, es batu dan madu untuk menghasilkan smoothie lezat dan sehat.

4. Air Kelapa Hijau
Seperti dikutip dari Times of India, air kelapa bisa mendetoks tubuh secara natural dengan membersihkan saluran pencernaan. Air kelapa mampu melawan kuman, virus dan bakteri. Minum air kelapa secara teratur juga bisa meningkatkan daya tahan tubuh dan mencukupi asupan cairan dalam tubuh.

5. Jus Jeruk
Jeruk merupakan sumber utama vitamin C, yang dipercaya meningkatkan daya tahan tubuh. Jeruk juga kaya akan flavonoid, antioksidan penting yang melindungi sistem imun manusia dengan cara melawan kuman dan bakteri penyebab penyakit.

6. Air Putih
Menurut pakar nutrisi Dr. Poonam Rathod, air putih yang berkualitas bisa membersihkan sistem pencernaan. Air putih bekerja menghilangkan racun dan ampas makanan yang mungkin masih tersisa dan menumpuk dalam usus. Minum sedikitnya dua gelas air putih setiap pagi, setelah bangun tidur.

7. Salmon
Empat ons salmon bisa memenuhi kecukupan asam lemak omega-3 setiap hari. Nutrisi ini membantu kurangi peradangan pada tubuh, serta mengurangi risiko penyakit jantung dan kanker. Salmon juga mengandung vitamin D dan berbagai mineral penting.

Rabu, 07 September 2011

9 waktu dianjurkan membaca surat Al-Ikhlas

Alhamdulillah wa shalaatu wa salaamu ’ala Rosulillah wa ’ala alihi wa shohbihi ajma’in.
Beberapa kesempatan yang lalu Rumaysho.com memuat artikel mengenai tafsir dan fadhilah surat Al Ikhlas. Pada kesempatan kali ini, kami akan membahas waktu yang dianjurkan membaca surat Al Ikhlas. Semoga kita bisa mendapatkan keberkahan dengan mengamalkannya.
Pertama: waktu pagi dan sore hari.
Pada waktu ini, kita dianjurkan membaca surat Al Ikhlash bersama dengan maw’idzatain (surat Al Falaq dan surat An Naas) masing-masing sebanyak tiga kali. Keutamaan yang diperoleh adalah: akan dijaga dari segala sesuatu (segala keburukan).
Dari Mu'adz bin Abdullah bin Khubaib dari bapaknya ia berkata,
خَرَجْنَا فِى لَيْلَةِ مَطَرٍ وَظُلْمَةٍ شَدِيدَةٍ نَطْلُبُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- لِيُصَلِّىَ لَنَا فَأَدْرَكْنَاهُ فَقَالَ « أَصَلَّيْتُمْ ». فَلَمْ أَقُلْ شَيْئًا فَقَالَ « قُلْ ». فَلَمْ أَقُلْ شَيْئًا ثُمَّ قَالَ « قُلْ ». فَلَمْ أَقُلْ شَيْئًا ثُمَّ قَالَ « قُلْ ». فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا أَقُولُ قَالَ « (قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ) وَالْمُعَوِّذَتَيْنِ حِينَ تُمْسِى وَحِينَ تُصْبِحُ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ تَكْفِيكَ مِنْ كُلِّ شَىْءٍ »
Pada malam hujan lagi gelap gulita kami keluar mencari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam untuk shalat bersama kami, lalu kami menemukannya. Beliau bersabda, "Apakah kalian telah shalat?" Namun sedikitpun aku tidak berkata-kata. Beliau bersabda, "Katakanlah". Namun sedikit pun aku tidak berkata-kata. Beliau bersabda, "Katakanlah". Namun sedikit pun aku tidak berkata-kata. Kemudian beliau bersabda, "Katakanlah". Hingga aku berkata, "Wahai Rasulullah, apa yang harus aku katakan?” Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Katakanlah (bacalah surat) QUL HUWALLAHU AHAD DAN QUL A'UDZU BIRABBINNAAS DAN QUL A'UDZU BIRABBIL FALAQ ketika sore dan pagi sebanyak tiga kali, maka dengan ayat-ayat ini akn mencukupkanmu (menjagamu) dari segala keburukan." (HR. Abu Daud no. 5082 dan An Nasai no. 5428. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan)
Kedua: sebelum tidur.
Pada waktu ini, kita dianjurkan membaca surat Al Ikhlash, Al Falaq, An Naas dengan terlebih dahulu mengumpulkan kedua telapak tangan, lalu keduanya ditiup, lalu dibacakanlah tiga surat ini. Setelah itu, kedua telapak tangan tadi diusapkan pada anggota tubuh yang mampu dijangkau dimulai dari kepala, wajah, dan tubuh bagian depan. Cara seperti tadi diulang sebanyak tiga kali.
Dari ‘Aisyah, beliau radhiyallahu ‘anha berkata,
أَنَّ النَّبِىَّ - صلى الله عليه وسلم - كَانَ إِذَا أَوَى إِلَى فِرَاشِهِ كُلَّ لَيْلَةٍ جَمَعَ كَفَّيْهِ ثُمَّ نَفَثَ فِيهِمَا فَقَرَأَ فِيهِمَا ( قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ ) وَ ( قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ ) وَ ( قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ ) ثُمَّ يَمْسَحُ بِهِمَا مَا اسْتَطَاعَ مِنْ جَسَدِهِ يَبْدَأُ بِهِمَا عَلَى رَأْسِهِ وَوَجْهِهِ وَمَا أَقْبَلَ مِنْ جَسَدِهِ يَفْعَلُ ذَلِكَ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ
Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam ketika berada di tempat tidur di setiap malam, beliau mengumpulkan kedua telapak tangannya lalu kedua telapak tangan tersebut ditiup dan dibacakan ’Qul huwallahu ahad’ (surat Al Ikhlash), ’Qul a’udzu birobbil falaq’ (surat Al Falaq) dan ’Qul a’udzu birobbin naas’ (surat An Naas). Kemudian beliau mengusapkan kedua telapak tangan tadi pada anggota tubuh yang mampu dijangkau dimulai dari kepala, wajah, dan tubuh bagian depan. Beliau melakukan yang demikian sebanyak tiga kali.” (HR. Bukhari no. 5017)
Ketiga: ketika ingin meruqyah (membaca do’a dan wirid untuk penyembuhan ketika sakit).
Bukhari membawakan bab dalam shohihnya ‘Meniupkan bacaan ketika ruqyah’. Lalu dibawakanlah hadits serupa di atas dan dengan cara seperti dijelaskan dalam point kedua.
عَنْ عَائِشَةَ - رضى الله عنها - قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - إِذَا أَوَى إِلَى فِرَاشِهِ نَفَثَ فِى كَفَّيْهِ بِقُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ وَبِالْمُعَوِّذَتَيْنِ جَمِيعًا ، ثُمَّ يَمْسَحُ بِهِمَا وَجْهَهُ ، وَمَا بَلَغَتْ يَدَاهُ مِنْ جَسَدِهِ . قَالَتْ عَائِشَةُ فَلَمَّا اشْتَكَى كَانَ يَأْمُرُنِى أَنْ أَفْعَلَ ذَلِكَ بِهِ
Dari 'Aisyah radhiyallahu 'anha, dia berkata, "Apabila Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam hendak tidur, beliau akan meniupkan ke telapak tangannya sambil membaca QUL HUWALLAHU AHAD (surat Al Ikhlas) dan Mu'awidzatain (Surat An Naas dan Al Falaq), kemudian beliau mengusapkan ke wajahnya dan seluruh tubuhnya. Aisyah berkata, “Ketika beliau sakit, beliau menyuruhku melakukan hal itu (sama seperti ketika beliau hendak tidur, -pen)."  (HR. Bukhari no. 5748)
Jadi tatkala meruqyah, kita dianjurkan membaca surat Al Ikhlash, Al Falaq, An Naas dengan cara: Terlebih dahulu mengumpulkan kedua telapak tangan lalu keduanya ditiup lalu dibacakanlah tiga surat tersebut. Setelah itu, kedua telapak tangan tadi diusapkan pada anggota tubuh yang mampu dijangkau dimulai dari kepala, wajah, dan tubuh bagian depan. Cara seperti ini diulang sebanyak tiga kali.
Keempat: wirid seusai shalat (sesudah salam).
Sesuai shalat dianjurkan membaca surat Al Ikhlash, Al Falaq dan An Naas masing-masing sekali. Dari ‘Uqbah bin ‘Amir, ia berkata,
أَمَرَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ أَقْرَأَ الْمُعَوِّذَاتِ دُبُرَ كُلِّ صَلَاةٍ
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan padaku untuk membaca mu’awwidzaat  di akhir shalat (sesudah salam).” (HR. An Nasai no. 1336 dan Abu Daud no. 1523. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih). Yang dimaksud mu’awwidzaat adalah surat Al Ikhlas, Al Falaq dan An Naas sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Hajar Al Asqolani. (Fathul Bari, 9/62)
Kelima: dibaca ketika mengerjakan shalat sunnah fajar (qobliyah shubuh).
Ketika itu, surat Al Ikhlash dibaca bersama surat Al Kafirun. Surat Al Kafirun dibaca pada raka’at pertama setelah membaca Al Fatihah, sedangkan surat Al Ikhlash dibaca pada raka’at kedua.
Dari’ Aisyah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
نِعْمَتِ السُّوْرَتَانِ يَقْرَأُ بِهِمَا فِي رَكْعَتَيْنِ قَبْلَ الفَجْرِ : { قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ } وَ { قُلْ يَا أَيُّهَا الكَافِرُوْنَ
Sebaik-baik surat yang dibaca ketika dua raka’at qobliyah shubuh adalah Qul huwallahu ahad (surat Al Ikhlash) dan Qul yaa ayyuhal kaafirun (surat Al Kafirun).” (HR. Ibnu Khuzaimah 4/273. Syaikh Al Albani mengatakan dalam Silsilah Ash Shohihah bahwa hadits ini shahih. Lihat As Silsilah Ash Shohihah no. 646). Hal ini juga dikuatkan dengan hadits Ibnu Mas’ud yang akan disebutkan pada point berikut.
Keenam: dibaca ketika mengerjakan shalat sunnah ba’diyah maghrib.
Ketika itu, surat Al Ikhlash dibaca bersama surat Al Kafirun. Surat Al Kafirun dibaca pada raka’at pertama setelah membaca Al Fatihah, sedangkan surat Al Ikhlash dibaca pada raka’at kedua.
Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu mengatakan,
مَا أُحْصِى مَا سَمِعْتُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقْرَأُ فِى الرَّكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْمَغْرِبِ وَفِى الرَّكْعَتَيْنِ قَبْلَ صَلاَةِ الْفَجْرِ بِ (قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ) وَ (قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ
Aku tidak dapat menghitung karena sangat sering aku mendengar bacaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca surat pada shalat dua raka’at ba’diyah maghrib dan pada shalat dua raka’at qobliyah shubuh yaitu Qul yaa ayyuhal kafirun (surat Al Kafirun) dan qul huwallahu ahad (surat Al Ikhlash).” (HR. Tirmidzi no. 431. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih)
Ketujuh: dibaca ketika mengerjakan shalat witir tiga raka’at.
Ketika itu, surat Al A’laa dibaca pada raka’at pertama, surat Al Kafirun pada raka’at kedua dan surat Al Ikhlash pada raka’at ketiga.
Dari ‘Abdul Aziz bin Juraij, beliau berkata,  “Aku menanyakan pada ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, surat apa yang dibaca oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (setelah membaca Al Fatihah) ketika shalat witir?”
‘Aisyah menjawab,
كَانَ يُوتِرُ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَتْ كَانَ يَقْرَأُ فِى الأُولَى بِ (سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الأَعْلَى) وَفِى الثَّانِيَةِ بِ (قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ) وَفِى الثَّالِثَةِ بِ (قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ) وَالْمُعَوِّذَتَيْنِ.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca pada raka’at pertama: Sabbihisma robbikal a’la (surat Al A’laa), pada raka’at kedua: Qul yaa ayyuhal kafiruun (surat Al Kafirun), dan pada raka’at ketiga: Qul huwallahu ahad (surat Al Ikhlash) dan mu’awwidzatain (surat Al Falaq dan An Naas).” (HR. An Nasai no. 1699, Tirmidzi no. 463, Ahmad 6/227)
Dalam riwayat yang lain disebutkan tanpa surat al mu’awwidzatain.
عَنْ أُبَىِّ بْنِ كَعْبٍ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يُوتِرُ بِ (سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الأَعْلَى) وَ (قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ) وَ (قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ)
Dari Ubay bin Ka’ab, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasanya melaksanakan shalat witir dengan membaca Sabbihisma robbikal a’la (surat Al A’laa), Qul yaa ayyuhal kafiruun (surat Al Kafirun), dan Qul huwallahu ahad (surat Al Ikhlash)” (HR. Abu Daud no. 1423 dan An Nasai no. 1730)
Ibnu Qudamah Al Maqdisi rahimahullah mengatakan,
وَحَدِيثُ عَائِشَةَ فِي هَذَا لَا يَثْبُتُ ؛ فَإِنَّهُ يَرْوِيهِ يَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ ، وَهُوَ ضَعِيفٌ .وَقَدْ أَنْكَرَ أَحْمَدُ وَيَحْيَى بْنُ مَعِينٍ زِيَادَةَ الْمُعَوِّذَتَيْنِ .
“Hadits ‘Aisyah tidaklah shahih. Di dalamnya ada seorang perowi bernama Yahya bin Ayyub, dan ia dho’if. Imam Ahmad dan Yahya bin Ma’in telah mengingkari penambahan “mu’awwidzatain”.” (Al Mughni, 1/831)
Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan,
تعليق شعيب الأرنؤوط : صحيح لغيره دون قوله : والمعوذتين وهذا إسناد ضعيف عبد العزيز بن جريج لا يتابع في حديثه
“Hadits ini shahih kecuali pada perkataan “al mu’awwidzatain”, ini sanadnya dho’if karena ‘Abdul ‘Aziz bin Juraij tidak diikuti dalam haditsnya.” (Tahqiq Musnad Al Imam Ahmad bin Hambal, 6/227)
Jadi yang tepat dalam masalah ini, bacaan untuk shalat witir adalah raka’at pertama dengan surat Al A’laa, raka’at kedua dengan surat Al Kafirun dan raka’at ketiga dengan surat Al Ikhlas (tanpa mu’awwidzatain).
Namun bacaann ketika witir ini sebaiknya tidak rutin dibaca, sebaiknya diselingi dengan berganti membaca surat lainnya. Syaikh ‘Abdullah Al Jibrin rahimahullah mengatakan,
والظاهر أنه يكثر من قراءتها، ولا يداوم عليها فينبغي قراءة غيرها أحياناً حتى لا يعتقد العامة وجوب القراءة بها
“Yang nampak dari hadits yang ada, hendaklah bacaan tersebut seringkali saja dibaca, namun tidak terus-terusan. Sudah seharusnya seseorang membaca surat yang lain ketika itu agar orang awam tidak salah paham,ditakutkan mereka malah menganggapnya sebagai perkara yang wajib.” (Fatawa Syaikh Ibnu Jibrin, 24/43)
Kedelapan: dibaca ketika mengerjakan shalat Maghrib (shalat wajib) pada malam jum’at.
Surat Al Kafirun dibaca pada raka’at pertama setelah membaca Al Fatihah, sedangkan surat Al Ikhlash dibaca pada raka’at kedua.
Dari Jabir bin Samroh, beliau mengatakan,
كَانَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم يَقْرَأُ فِي صَلاَةِ المَغْرِبِ لَيْلَةَ الجُمُعَةِ : ( قَلْ يَا أَيُّهَا الكَافِرُوْنَ ) وَ ( قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa ketika shalat maghrib pada malam Jum’at membaca Qul yaa ayyuhal kafirun’ dan ‘Qul ‘ huwallahu ahad’. ” (Syaikh Al Albani dalam Takhrij Misykatul Mashobih (812) mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih)
Kesembilan: ketika shalat dua rak’at di belakang maqom Ibrahim setelah thowaf.
Dalam hadits Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu yang amat panjang disebutkan,
فجعل المقام بينه وبين البيت [ فصلى ركعتين : هق حم ] فكان يقرأ في الركعتين : ( قل هو الله أحد ) و ( قل يا أيها الكافرون ) ( وفي رواية : ( قل يا أيها الكافرون ) و ( قل هو الله أحد )
Lantas Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadikan maqom Ibrahim antara dirinya dan Ka’bah, lalu beliau laksanakan shalat dua raka’at. Dalam dua raka’at tersebut, beliau membaca Qulhuwallahu ahad (surat Al Ikhlas) dan Qul yaa-ayyuhal kaafirun (surat Al Kafirun). Dalam riwayat yang lain dikatakan, beliau membaca Qul yaa-ayyuhal kaafirun (surat Al Kafirun) dan Qulhuwallahu ahad (surat Al Ikhlas).” (Disebutkan oleh Syaikh Al Albani dalam Hajjatun Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, hal. 56)
Semoga sajian ini bermanfaat dan bisa diamalkan. Alhmadulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat. Wa shallallahu ’ala nabiyyina Muhammad wa ’ala alihi wa shohbihi wa sallam.

Disempurnakan di Panggang-GK, 8 Rajab 1431 H

Jumat, 02 September 2011

6 Hewan Yang Tidak Di Mulyakan Allah

Ada 6 Hewan Yang Tidak Di Mulyakan Allah, ini berkaitan dengan Sebab-sebab melaksanakan tayamum berdasarkan keterangan dari Kitab Safinatun Naja karangan Syekh Salim bin Abdullah bin Sa'ad bin Sumair al Hadhrami. Dalam kitab tersebut di terangkan ada 3 sebab kita boleh melaksanakan tayamun.

 Adapun ke-3 sebab itu diantaranya adalah :

  1.  Tidak Ada Air atau di landa kekeringan sehingga setelah kita cari tidak ada air di mana-mana.
  2. Karena Sakit yang Parah dan tidak boleh terkena air.
  3. Ada yang lebih membutuhkan dari air wudlu yang kita miliki, yaitu hewan yang sedang kehausan apabila tidak di kasih air minum maka hewan tersebut akan mati, namun hewan tersebut adalah hewan yang di Mulyakan oleh Allah swt.
Dalam kitab tersebut di jelaskan bahwa hewan yang di Mulyakan oleh Allah swt adalah selain dari hewan yang tidak di Mulyakan oleh Allah swt yang berjumlah 6:

Adapun 6 hewan yang tidak di Mulyakan Allah swt adalah :
  1. Orang Yang Meninggalkan Shalat
  2. Orang Yang Zina Muhson (Orang Yang sudah menikah lalu berzina)
  3. Orang Yang Murtad
  4. Orang Kafir Yang Memerangi Umat Muslim
  5. Anjing Gala