Jumat, 02 September 2011

6 Hewan Yang Tidak Di Mulyakan Allah

Ada 6 Hewan Yang Tidak Di Mulyakan Allah, ini berkaitan dengan Sebab-sebab melaksanakan tayamum berdasarkan keterangan dari Kitab Safinatun Naja karangan Syekh Salim bin Abdullah bin Sa'ad bin Sumair al Hadhrami. Dalam kitab tersebut di terangkan ada 3 sebab kita boleh melaksanakan tayamun.

 Adapun ke-3 sebab itu diantaranya adalah :

  1.  Tidak Ada Air atau di landa kekeringan sehingga setelah kita cari tidak ada air di mana-mana.
  2. Karena Sakit yang Parah dan tidak boleh terkena air.
  3. Ada yang lebih membutuhkan dari air wudlu yang kita miliki, yaitu hewan yang sedang kehausan apabila tidak di kasih air minum maka hewan tersebut akan mati, namun hewan tersebut adalah hewan yang di Mulyakan oleh Allah swt.
Dalam kitab tersebut di jelaskan bahwa hewan yang di Mulyakan oleh Allah swt adalah selain dari hewan yang tidak di Mulyakan oleh Allah swt yang berjumlah 6:

Adapun 6 hewan yang tidak di Mulyakan Allah swt adalah :
  1. Orang Yang Meninggalkan Shalat
  2. Orang Yang Zina Muhson (Orang Yang sudah menikah lalu berzina)
  3. Orang Yang Murtad
  4. Orang Kafir Yang Memerangi Umat Muslim
  5. Anjing Gala

Supaya Ikhlas Dalam Bersedekah

Salah satu syarat agar sedekah kita di terima oleh Allah Swt adalah Ikhlas. Dalam artian kita rela memberikan sebagian harta kita untuk di sedekahkan kepada yang lebih membutuhkan tanpa adanya rasa pamrih atau timbal balik dari orang yang kita beri sedekah serta kita tidak mengingat-ingat kembali apa yang telah kita sedekahkan. Tapi apakah kita sudah benar-benar tau Apakah kita sudah Ikhlas?

Hal ini yang selalu mengganjal di hati kita, Karena memang Ikhlas itu merupakan hal yang susah-susah mudah. Mungkin kita pernah bersedekah kepada seseorang semisal memberikan sedekah uang sebesar 50 ribu rupiah kepada seseorang yang membutuhkan, Lalu sebelum kita memberi, hati kita mengatakan "Saya Ikhlas Bersedekah memberi uang 50 ribu rupiah kepada orang tersebut". Tapi terkadang setelah itu kita selalu memikirkan uang 50 ribu tadi, seakan-akan hati kecil kita mengatakan tidak rela memberikan uang tersebut. Mengapa demikian ?

Yup jawabannya adalah karena sedekah merupakan Ibadah yang tidak sesuai dengan keinginan hawa nafsu kita. Mungkin hal ini sudah saya bahas secara detail di postingan sebelumnya tentang Ibadah Yang Sesuai Keinginan Hawa Nafsu . Maka dari itu kita harus mengetahui cara agar kita bisa Ikhlas dalam bersedekah. Lalu Bagaimanakah Caranya ?

Ok, saya akan memberikan sedikit gambaran seseorang yang sudah bisa dianggap Ikhlas dalam bersedekah.

Apabila agan bersedekah 50 ribu rupiah kepada orang yang lebih membutuhkan, lalu ada orang yang bertanya kepada kita :

Apakah kamu Ikhlas memberikan sedekah tersebut ?
dan jawaban agan adalah : Ya saya Ikhlas memberikan sedekah itu.

"Maka artinya agan tidak Ikhlas memberikan sedekah tersebut.
Hmm kok bisa gitu? "

Lalu agan ngomong dalam hati : berarti Kalau saya mengatakan Ikhlas artinya itu tidak ihklas. kalau begitu kebalikannya donk, saya harus mengatakan saya tidak Ikhlas memberikan sedekah itu.

"Waah kalau ini tambah parah lagi, kalau agan ngomong ga ikhlas ya sudah jelas sekali, agan tidak ikhlas memberikan sedekah tersebut. Hmm Jadi bingung yah "

Iya deh biar tidak pada bingung saya akan menjelaskannya. Sudah diterangkan di atas bahwa sedekah merupakan ibadah yang tidak sesuai dengan keinginan hawa nafsu, sekuat apapun kita untuk mengucapkan kata Ikhlas maka tetap saja kita tidak akan bisa 100% ikhlas secara pribadi, karena hawa nafsu kita lebih menonjol untuk merubah keinginan kita untuk Ikhlas, maka dari itu kita selalu teringat kembali akan apa-apa yang telah kita sedekahkan dan merasa tidak rela untuk memberikannya.

Untuk itu kita sebagai makhluk yang lemah dan tidak mempunyai kekuatan apa-apa untuk bisa Ikhlas, maka sepatutnya kita meminta pertolongan kepada yang Maha Kuasa, dan menyerahkan segala niat kita agar bisa Ikhlas kepada-Nya. Jadi jawaban kita ketika ada seseorang yang bertanya apakah kita ikhlas dalam bersedekah, maka jawaban yang sepatutnya adalah "Mudah-Mudahan Allah swt memberikan keikhlasan kepada saya".

Nah kalau kita sudah menyerahkan diri kepada Allah swt tentang apa-apa yang telah kita sedekahkan, maka kitapun akan di berikan kekuatan Oleh Allah Swt untuk bisa Ikhlas dalam bersedekah.
Gimana ngerti kan gan ? kalau masih ada yang belum ngerti aduuh cape deeh.

Ya mungkin di cukupkan sekian penjelasan kali ini, mudah-mudahan tidak ada lagi yang bingung. Mohon maaf kalau ada yang salah dalam pembahasan kali ini. Akhir kata semoga Allah Swt selalu memberikan kekuatan kepada kita agar bisa mencapai salah satu syarat di terimanya sedekah kita yaitu Ikhlas. Amien

Tata Krama Bersetubuh Malam Pertama secara islami

Dalam kategori bengkel hati kali ini saya akan menjelaskan tentang Tatakrama Bersetubuh pada Malam Pertama, alasan saya memgangkat topik ini karena setelah adanya survei ke beberapa teman-teman yang sudah menikah, lalu saya tanyakan mengenai hal ini ternyata mereka kurang mengetahuinya
, dikarenakan kurangnya pemahaman dan kebanyakan dari mereka tidak bersabar pengen langsung tempur saja.

Dalam Islam segala perbuatan yang kita lakukan sudah di atur secara rinci dan jelas dari mulai hal-hal yang besar sampai dengan hal-hal yang kecil semua ada tatakramanya, begitupun dengan berhubungan intim pada malam pertama, ada tatakrama yang harus kita ketahui. Hal ini dilakukan agar pernikahan kita di berkahi oleh Allah swt dan semoga kita di berikan keturunan yang shaleh dan shalehah. 

Seperti halnya kita membuat sesuatu barang dengan teknik dan cara yang benar maka hasilnya pun akan bagus, begitupula saat kita akan membuat keturunan maka teknik dan cara nya pun harus benar agar menghasilkan keturunan yang bagus pula.

Berikut Tatakrama (Etika) Bersetubuh Pada Malam Pertama

1. Mengucapkan Salam kepada Pengantin Wanita

Yup di dalam Islam apabila kita menemui seseorang maka kita harus mengucapkan Salam terlebih dahulu intinya yaitu saling mendo'akan agar di berikan keselamatan. (Selamat, biar sukses bertempurnya)

2. Meletakkan Tangan di atas kening Pengantin Wanita dan menDo'akannya

Hal ini dilakukan berdasarkan Sabda Nabi Muhammad SAW :" Jika salah seorang dari kalian menikahi seorang perempuan atau seorang budak, hendaklah ia meraih kepala bagian depannya sambil menyebut Nama Allah Azza Wazalla dan berdo'a memohon keberkahan, kemudian hendaklah dia berdo;a



"Ya Allah, aku memohon kepadaMu kebaikannya dan kebaikan yang Kau Ciptakan padanya. Aku berlindung kepadamMu dari keburukannya dan keburukan yang kau ciptakan padanya. "(HR Abu Daud dan An-Nasa'i)


3. Mengajak Shalat Sunnat Dua Rakaat

Tatakrama ini diajarkan oleh salafus shaleh. Dikisahkan oleh Abu Sa'id, budak Abu Arsyad. "Aku menikah pada saat aku berstatus budak, lalu aku undang beberapa sahabat Nabi saw yang diantarnya adalah Ibnu Mas'ud, Abu Dzarrm dan Hudzaifah. Azan shalat berkumandang dan Abu Dzar langsung maju kedepan. Hadirin yang lain berkata. "Tunggu" Ia menjawab. "Bukankah seharusnya begini?"Mereka menukas. "Ya"
Abu Sa'id melanjutkan, "Aku maju bersama mereka padahal aku adalah budak belian. Mereka lantas mengajariku dan berkat, "Jika istrimu datang shalatlah dua rakaat terlebih dahulu, kemudian mintalah kepada Allah SWT yang terbaik dari sesuatu yang masuk kepadamu dan berlindunglah kepada-Nya dari keburukannya. Selanjutnya terserah kamu dan istrimu."

4. Bersiwak (Menggosok Gigi) Sebelum Mencumbunya

Hal ini dilakukan tiada lain untuk menjaga kemesraan pasangan pengantin. karena dengan bersiwak mulut kita terasa segar tidak bau yang aneh-aneh. Sesuai dengan Sabda Nabi Muhammad SAW :
Dicerikana oleh Syuraij bin Hani "Aku pernah bertanya kepada Aisyah ra. "Apakah yang pertama kali dilakukan Nabi SAW ketika masuk rumah." Ia menjawab, "Bersiwak (Menggosok Gigi)" (HR Muslim)

5. Menyebut Nama Allah dan Berdo'a Mohon Perlindungan dari Godaan Syaitan

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra bahwa Rasulullah saw bersabda, "Kalau saja ketika setiap orang dari kalian mendatangi istri mengucapkan :

 

"Dengan menyebut nama Allah, ya Allah, jauhkanlah aku dari setan dan jauhkanlah setan dari apa yang Kau anugerahkan kepada kami). Kemudian dari keduanya ditakdirkan mendapatkan anak maka setan tidak akan dapat membahayakan selama-lamanya." (HR Bukhari dan Muslim).

6. Apabila ke 5 langkah di atas sudah di laksanakan maka selanjutnya terserah anda

Selesai sudah postingan kali ini. bagi sobat yang ingin menambahkan boleh-boleh saja. jangan ragu-ragu tinggalkan komentarnya. Semoga dengan adanya penjelasan di atas bisa menambah pemahaman kita dan semoga kita di berikan keturunan yang Shaleh dan Shalehah. Amien

Sumber : qultum media

Do'a dan Dzikir Setelah Shalat

Ada berbagai macam Do'a dan Dzikir yang di bacakan setelah Shalat yang beredar di kalangan umat muslim, namun hal ini tidak menjadi masalah yang signifikan karena memang membaca do'a dan Dzikir apapun tidak Salah. karena yang salah itu adalah orang yang tidak Berdo'a dan Dzikir Setelah Shalat.
Diantara dzikir-dzikir yang sifatnya muqayyad adalah dzikir setelah salam dari shalat wajib. Setelah selesai mengucapkan salam ke kanan dan ke kiri, kita disunnahkan membaca dzikir, yaitu sebagai berikut:

1. Membaca:

أَسْتَغْفِرُ اللهَ أَسْتَغْفِرُ اللهَ أَسْتَغْفِرُ اللهَ اللَّهُمَّ أَنْتَ السَّلاَمُ وَمِنْكَ السَّلاَمُ تَبَارَكْتَ يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ

“Aku meminta ampunan kepada Allah (tiga kali). Ya Allah, Engkaulah As-Salaam (Yang selamat dari kejelekan-kejelekan, kekurangan-kekurangan dan kerusakan-kerusakan) dan dari-Mu as-salaam (keselamatan), Maha Berkah Engkau Wahai Dzat Yang Maha Agung dan Maha Baik.” (HR. Muslim 1/414)

2. Membaca:

لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ, اللَّهُمَّ لاَ مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ وَلاَ مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ وَلاَ يَنْفَعُ ذَا الْجَدِّ مِنْكَ الْجَدُّ

“Tiada tuhan yang berhak diibadahi selain Allah, tiada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya segala kerajaan, dan pujian, dan Dia Maha Berkuasa atas segala sesuatu. Ya Allah, tidak ada yang dapat menolak terhadap apa yang Engkau beri dan tidak ada yang dapat memberi terhadap apa yang Engkau tolak dan orang yang memiliki kekayaan tidak dapat menghalangi dari siksa-Mu.” (HR. Al-Bukhariy 1/255 dan Muslim 414)

3. Membaca:

لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ، لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ، لَهُ النِّعْمَةُ وَلَهُ الْفَضْلُ وَلَهُ الثَّنَاءُ الْحَسَنُ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ

“Tiada tuhan yang berhak diibadahi selain Allah, tiada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya segala kerajaan, dan pujian, dan Dia Maha Berkuasa atas segala sesuatu. Tiada daya dan upaya serta kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah dan kami tidak beribadah kecuali kepada Allah, milik-Nya-lah segala kenikmatan, karunia, dan sanjungan yang baik, tiada tuhan yang berhak diibadahi selain Allah, kami mengikhlashkan agama untuk-Nya walaupun orang-orang kafir benci.” (HR. Muslim 1/415)

4. Membaca:

سُبْحَانَ اللهُ

“Maha Suci Allah.” (tiga puluh tiga kali)

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ

“Segala puji bagi Allah.” (tiga puluh tiga kali)

اَللهُ أَكْبَرُ

“Allah Maha Besar.” (tiga puluh tiga kali)

Kemudian dilengkapi menjadi seratus dengan membaca,

لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

“Tiada tuhan yang berhak diibadahi selain Allah, tiada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya segala kerajaan, dan pujian, dan Dia Maha Berkuasa atas segala sesuatu.”

“Barangsiapa mengucapkan dzikir ini setelah selesai dari setiap shalat wajib, maka diampuni dosa-dosanya walaupun sebanyak buih di lautan. (HR. Muslim 1/418 dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu)

Dari ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Ada dua sifat (amalan) yang tidaklah seorang muslim menjaga keduanya (yaitu senantiasa mengamalkannya, pent) kecuali dia akan masuk jannah, dua amalan itu (sebenarnya) mudah, akan tetapi yang mengamalkannya sedikit, (dua amalan tersebut adalah): mensucikan Allah Ta’ala setelah selesai dari setiap shalat wajib sebanyak sepuluh kali (maksudnya membaca Subhaanallaah), memujinya (membaca Alhamdulillaah) sepuluh kali, dan bertakbir (membaca Allaahu Akbar) sepuluh kali, maka itulah jumlahnya 150 kali (dalam lima kali shalat sehari semalam, pent) diucapkan oleh lisan, akan tetapi menjadi 1500 dalam timbangan (di akhirat). Dan amalan yang kedua, bertakbir 34 kali ketika hendak tidur, bertahmid 33 kali dan bertasbih 33 kali (atau boleh tasbih dulu, tahmid baru takbir, pent), maka itulah 100 kali diucapkan oleh lisan dan 1000 kali dalam timbangan.”

Ibnu ‘Umar berkata, “Sungguh aku telah melihat Rasulullah menekuk tangan (yaitu jarinya) ketika mengucapkan dzikir-dzikir tersebut.”

Para shahabat bertanya, “Ya Rasulullah, bagaimana dikatakan bahwa kedua amalan tersebut ringan/mudah akan tetapi sedikit yang mengamalkannya?“

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Syaithan mendatangi salah seorang dari kalian ketika hendak tidur, lalu menjadikannya tertidur sebelum mengucapkan dzikir-dzikir tersebut, dan syaithan pun mendatanginya di dalam shalatnya (maksudnya setelah shalat), lalu mengingatkannya tentang kebutuhannya (lalu dia pun pergi) sebelum mengucapkannya.” (Hadits Shahih Riwayat Abu Dawud no.5065, At-Tirmidziy no.3471, An-Nasa`iy 3/74-75, Ibnu Majah no.926 dan Ahmad 2/161,205, lihat Shahiih Kitaab Al-Adzkaar, karya Asy-Syaikh Salim Al-Hilaliy 1/204)

Kita boleh berdzikir dengan tasbih, tahmid dan takbir masing-masing 33 kali dengan ditambah tahlil satu kali atau masing-masing 10 kali, yang penting konsisten, jika memilih yang 10 kali maka dalam satu hari kita memakai dzikir yang 10 kali tersebut.

Hadits ini selayaknya diperhatikan oleh kita semua, jangan sampai amalan yang sebenarnya mudah, tidak bisa kita amalkan.

Tentunya amalan/ibadah semudah apapun tidak akan terwujud kecuali dengan pertolongan Allah. Setiap beramal apapun seharusnya kita meminta pertolongan kepada Allah, dalam rangka merealisasikan firman Allah,

إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ

“Hanya kepada Engkaulah kami beribadah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan.” (Al-Faatihah:4)

5. Membaca surat Al-Ikhlaash, Al-Falaq dan An-Naas satu kali setelah shalat Zhuhur, ‘Ashar dan ‘Isya`. Adapun setelah shalat Maghrib dan Shubuh dibaca tiga kali. (HR. Abu Dawud 2/86 dan An-Nasa`iy 3/68, lihat Shahiih Sunan At-Tirmidziy 2/8, lihat juga Fathul Baari 9/62)

6. Membaca ayat kursi yaitu surat Al-Baqarah:255

Barangsiapa membaca ayat ini setiap selesai shalat tidak ada yang dapat mencegahnya masuk jannah kecuali maut. (HR. An-Nasa`iy dalam ‘Amalul yaum wal lailah no.100, Ibnus Sunniy no.121 dan dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albaniy dalam Shahiihul Jaami’ 5/339 dan Silsilatul Ahaadiits Ash-Shahiihah 2/697 no.972)

7. Membaca:

اللَّهُمَّ أَعِنِّيْ عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ

Sebagaimana diterangkan dalam hadits Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memegang kedua tangannya dan berkata, “Ya Mu’adz, Demi Allah, sungguh aku benar-benar mencintaimu.” Lalu beliau bersabda, “Aku wasiatkan kepadamu Ya Mu’adz, janganlah sekali-kali engkau meninggalkan di setiap selesai shalat, ucapan...” (lihat di atas):

“Ya Allah, tolonglah aku agar senantiasa mengingat-Mu, bersyukur kepada-Mu dan beribadah dengan baik kepada-Mu.” (HR. Abu Dawud 2/86 dan dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albaniy dalam Shahiih Sunan Abi Dawud 1/284)

Do’a ini bisa dibaca setelah tasyahhud dan sebelum salam atau setelah salam. (‘Aunul Ma’buud 4/269)

8. Membaca:

لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِيْ وَيُمِيْتُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

“Tiada tuhan yang berhak diibadahi selain Allah, tiada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya segala kerajaan, dan pujian, yang menghidupkan dan mematikan dan Dia Maha Berkuasa atas segala sesuatu.”

Dibaca sepuluh kali setelah shalat Maghrib dan Shubuh. (HR. At-Tirmidziy 5/515 dan Ahmad 4/227, lihat takhrijnya dalam Zaadul Ma’aad 1/300)

9. Membaca:

اللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا وَرِزْقًا طَيِّبًا وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً

“Ya Allah, sesungguhnya aku meminta kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rizki yang baik dan amal yang diterima.” Setelah salam dari shalat shubuh. (HR. Ibnu Majah, lihat Shahiih Sunan Ibni Maajah 1/152 dan Majma’uz Zawaa`id 10/111)

Semoga kita diberikan taufiq oleh Allah sehingga bisa mengamalkan dzikir-dzikir ini, aamiin.

Wallaahu A’lam.


Sumber : qurandansunnah.wordpress.com

Do'a dan Dzikir Setelah Shalat

Ada berbagai macam Do'a dan Dzikir yang di bacakan setelah Shalat yang beredar di kalangan umat muslim, namun hal ini tidak menjadi masalah yang signifikan karena memang membaca do'a dan Dzikir apapun tidak Salah. karena yang salah itu adalah orang yang tidak Berdo'a dan Dzikir Setelah Shalat.
Diantara dzikir-dzikir yang sifatnya muqayyad adalah dzikir setelah salam dari shalat wajib. Setelah selesai mengucapkan salam ke kanan dan ke kiri, kita disunnahkan membaca dzikir, yaitu sebagai berikut:

1. Membaca:

أَسْتَغْفِرُ اللهَ أَسْتَغْفِرُ اللهَ أَسْتَغْفِرُ اللهَ اللَّهُمَّ أَنْتَ السَّلاَمُ وَمِنْكَ السَّلاَمُ تَبَارَكْتَ يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ

“Aku meminta ampunan kepada Allah (tiga kali). Ya Allah, Engkaulah As-Salaam (Yang selamat dari kejelekan-kejelekan, kekurangan-kekurangan dan kerusakan-kerusakan) dan dari-Mu as-salaam (keselamatan), Maha Berkah Engkau Wahai Dzat Yang Maha Agung dan Maha Baik.” (HR. Muslim 1/414)

2. Membaca:

لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ, اللَّهُمَّ لاَ مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ وَلاَ مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ وَلاَ يَنْفَعُ ذَا الْجَدِّ مِنْكَ الْجَدُّ

“Tiada tuhan yang berhak diibadahi selain Allah, tiada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya segala kerajaan, dan pujian, dan Dia Maha Berkuasa atas segala sesuatu. Ya Allah, tidak ada yang dapat menolak terhadap apa yang Engkau beri dan tidak ada yang dapat memberi terhadap apa yang Engkau tolak dan orang yang memiliki kekayaan tidak dapat menghalangi dari siksa-Mu.” (HR. Al-Bukhariy 1/255 dan Muslim 414)

3. Membaca:

لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ، لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ، لَهُ النِّعْمَةُ وَلَهُ الْفَضْلُ وَلَهُ الثَّنَاءُ الْحَسَنُ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ

“Tiada tuhan yang berhak diibadahi selain Allah, tiada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya segala kerajaan, dan pujian, dan Dia Maha Berkuasa atas segala sesuatu. Tiada daya dan upaya serta kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah dan kami tidak beribadah kecuali kepada Allah, milik-Nya-lah segala kenikmatan, karunia, dan sanjungan yang baik, tiada tuhan yang berhak diibadahi selain Allah, kami mengikhlashkan agama untuk-Nya walaupun orang-orang kafir benci.” (HR. Muslim 1/415)

4. Membaca:

سُبْحَانَ اللهُ

“Maha Suci Allah.” (tiga puluh tiga kali)

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ

“Segala puji bagi Allah.” (tiga puluh tiga kali)

اَللهُ أَكْبَرُ

“Allah Maha Besar.” (tiga puluh tiga kali)

Kemudian dilengkapi menjadi seratus dengan membaca,

لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

“Tiada tuhan yang berhak diibadahi selain Allah, tiada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya segala kerajaan, dan pujian, dan Dia Maha Berkuasa atas segala sesuatu.”

“Barangsiapa mengucapkan dzikir ini setelah selesai dari setiap shalat wajib, maka diampuni dosa-dosanya walaupun sebanyak buih di lautan. (HR. Muslim 1/418 dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu)

Dari ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Ada dua sifat (amalan) yang tidaklah seorang muslim menjaga keduanya (yaitu senantiasa mengamalkannya, pent) kecuali dia akan masuk jannah, dua amalan itu (sebenarnya) mudah, akan tetapi yang mengamalkannya sedikit, (dua amalan tersebut adalah): mensucikan Allah Ta’ala setelah selesai dari setiap shalat wajib sebanyak sepuluh kali (maksudnya membaca Subhaanallaah), memujinya (membaca Alhamdulillaah) sepuluh kali, dan bertakbir (membaca Allaahu Akbar) sepuluh kali, maka itulah jumlahnya 150 kali (dalam lima kali shalat sehari semalam, pent) diucapkan oleh lisan, akan tetapi menjadi 1500 dalam timbangan (di akhirat). Dan amalan yang kedua, bertakbir 34 kali ketika hendak tidur, bertahmid 33 kali dan bertasbih 33 kali (atau boleh tasbih dulu, tahmid baru takbir, pent), maka itulah 100 kali diucapkan oleh lisan dan 1000 kali dalam timbangan.”

Ibnu ‘Umar berkata, “Sungguh aku telah melihat Rasulullah menekuk tangan (yaitu jarinya) ketika mengucapkan dzikir-dzikir tersebut.”

Para shahabat bertanya, “Ya Rasulullah, bagaimana dikatakan bahwa kedua amalan tersebut ringan/mudah akan tetapi sedikit yang mengamalkannya?“

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Syaithan mendatangi salah seorang dari kalian ketika hendak tidur, lalu menjadikannya tertidur sebelum mengucapkan dzikir-dzikir tersebut, dan syaithan pun mendatanginya di dalam shalatnya (maksudnya setelah shalat), lalu mengingatkannya tentang kebutuhannya (lalu dia pun pergi) sebelum mengucapkannya.” (Hadits Shahih Riwayat Abu Dawud no.5065, At-Tirmidziy no.3471, An-Nasa`iy 3/74-75, Ibnu Majah no.926 dan Ahmad 2/161,205, lihat Shahiih Kitaab Al-Adzkaar, karya Asy-Syaikh Salim Al-Hilaliy 1/204)

Kita boleh berdzikir dengan tasbih, tahmid dan takbir masing-masing 33 kali dengan ditambah tahlil satu kali atau masing-masing 10 kali, yang penting konsisten, jika memilih yang 10 kali maka dalam satu hari kita memakai dzikir yang 10 kali tersebut.

Hadits ini selayaknya diperhatikan oleh kita semua, jangan sampai amalan yang sebenarnya mudah, tidak bisa kita amalkan.

Tentunya amalan/ibadah semudah apapun tidak akan terwujud kecuali dengan pertolongan Allah. Setiap beramal apapun seharusnya kita meminta pertolongan kepada Allah, dalam rangka merealisasikan firman Allah,

إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ

“Hanya kepada Engkaulah kami beribadah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan.” (Al-Faatihah:4)

5. Membaca surat Al-Ikhlaash, Al-Falaq dan An-Naas satu kali setelah shalat Zhuhur, ‘Ashar dan ‘Isya`. Adapun setelah shalat Maghrib dan Shubuh dibaca tiga kali. (HR. Abu Dawud 2/86 dan An-Nasa`iy 3/68, lihat Shahiih Sunan At-Tirmidziy 2/8, lihat juga Fathul Baari 9/62)

6. Membaca ayat kursi yaitu surat Al-Baqarah:255

Barangsiapa membaca ayat ini setiap selesai shalat tidak ada yang dapat mencegahnya masuk jannah kecuali maut. (HR. An-Nasa`iy dalam ‘Amalul yaum wal lailah no.100, Ibnus Sunniy no.121 dan dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albaniy dalam Shahiihul Jaami’ 5/339 dan Silsilatul Ahaadiits Ash-Shahiihah 2/697 no.972)

7. Membaca:

اللَّهُمَّ أَعِنِّيْ عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ

Sebagaimana diterangkan dalam hadits Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memegang kedua tangannya dan berkata, “Ya Mu’adz, Demi Allah, sungguh aku benar-benar mencintaimu.” Lalu beliau bersabda, “Aku wasiatkan kepadamu Ya Mu’adz, janganlah sekali-kali engkau meninggalkan di setiap selesai shalat, ucapan...” (lihat di atas):

“Ya Allah, tolonglah aku agar senantiasa mengingat-Mu, bersyukur kepada-Mu dan beribadah dengan baik kepada-Mu.” (HR. Abu Dawud 2/86 dan dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albaniy dalam Shahiih Sunan Abi Dawud 1/284)

Do’a ini bisa dibaca setelah tasyahhud dan sebelum salam atau setelah salam. (‘Aunul Ma’buud 4/269)

8. Membaca:

لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِيْ وَيُمِيْتُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

“Tiada tuhan yang berhak diibadahi selain Allah, tiada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya segala kerajaan, dan pujian, yang menghidupkan dan mematikan dan Dia Maha Berkuasa atas segala sesuatu.”

Dibaca sepuluh kali setelah shalat Maghrib dan Shubuh. (HR. At-Tirmidziy 5/515 dan Ahmad 4/227, lihat takhrijnya dalam Zaadul Ma’aad 1/300)

9. Membaca:

اللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا وَرِزْقًا طَيِّبًا وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً

“Ya Allah, sesungguhnya aku meminta kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rizki yang baik dan amal yang diterima.” Setelah salam dari shalat shubuh. (HR. Ibnu Majah, lihat Shahiih Sunan Ibni Maajah 1/152 dan Majma’uz Zawaa`id 10/111)

Semoga kita diberikan taufiq oleh Allah sehingga bisa mengamalkan dzikir-dzikir ini, aamiin.

Wallaahu A’lam.


Sumber : qurandansunnah.wordpress.com